Pengertian Pembentukan Karakter Kristen
Berikut ini akan diuraikan tentang pengertian karakter, kepribadian dan pembentukan karakter Kristiani.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata karakter diartikan dalam beberapa pengertian:
1. sifat-sifat kejiwaan,
2. akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Definisi kamus tersebut di atas menjadi definisi yang tidak berubah dari waktu ke waktu, definisi ini disebut definisi kamus atau arti kata dalam sebuah kamus. Arti kamus tidak akan berubah kecuali ada perubahan yang dilakukan oleh tim ahli Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Selain definisi di atas, kita juga diperkaya lagi dengan arti secara konseptual, atau lebih tepat disebut definisi konseptual. Definisi konseptual artinya definisi yang dibuat oleh seseorang setelah mengkaji arti suatu kata dalam sebuah variabel penelitian. Sekarang mari kita memperhatikan beberapa definisi konseptual berikut ini.
1. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Kementerian Pendidikan Nasional).
2. Menurut W.B. Saunders, karakter adalah sifat nyata yang ditunjukkan oleh setiap individu, atau sejumlah atribut yang dapat diamati pada setiap individu.
3. Menurut Gulo karakter adalah kepribadian yang mempersoalkan dari titik tolak etis atau moral, seperti kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
4. Definisi Saunders dan Gulo searah dengan definisi Kamisa. Menurut Kamisa, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, perbuatan baik atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Hal ini berarti seorang yang berkarakter berarti seorang yang mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Pembentukan karakter adalah terbentuknya sejumlah sifat atau kebiasaan positif dalam kehidupan seseorang yang diwakilli oleh pemikiran, nilai, motivasi, sikap, perasaan dan tindakan.
5. Karakter tidak lain adalah penggambaran tingkah laku setiap individu dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implicit dalam interaksinya dengan lingkungan sosial.
Penjelasan tentang beberapa definisi di atas menolong kita untuk dapat membedakan karakter dengan kepribadian. Kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial. Bedanya yakni karakter adalah sifat yang terbentuk sedangkan kepribadian adalah sifat yang diwariskan secara genetika. Misalnya seorang yang berkepribadian periang tentu karena ada keluarga atau salah satu dari kedua orangtua adalah periang sehingga sifat ini secara genetika terbentuk dalam diri seseorang sehingga di mana saja ia dapat bersikap girang, hal yang sama berlaku untuk kepribadian seseorang yang bersifat pendiam. Sikap pendiam adalah sesuatu yang diwariskan dari keluarga atau orangtua, dengan demikian anak yang berkepribadian pendiam akan sangat berbeda dengan anak periang. Namun karakter atau kebiasaan baik dapat dipelajari oleh kedua anak yang memiliki kepribadian berbeda. Contoh, rajin, pekerja keras, jujur dapat dibentuk dalam diri anak yang berkepribadian periang dan pendiam.Karakter dan kepribadian keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.
Lalu kita bertanya, bagaimana karakter terbentuk dalam diri seseorang.
Kepribadian adalah bawaan sejak lahir, misalnya kepribadian sebagai orang yang pendiam. Kepribadian demikian merupakan warisan karena genetika orangtua yang terbawa dalam diri seseorang. Sementara karakter adalah sifat atau kebiasaan yang dapat terbentuk atau dimiliki dalam diri seseorang karena lingkungan. Dalam hal ini pembentukan karakter atau sifat-sifat baik itu merupakan usaha seseorang untuk bersedia melakukan hal-hal yang baik dalam dirinya. Misalnya seorang anak menjadi rajin bekerja karena melihat keluarga, tetangga yang rajin bekerja. Misalnya waktu bangun pagi merapikan tempat tidur, mencuci piring, memasak, mencuci pakaian, dll. Seorang anak laki-laki yang tidak terbiasa memasak menjadi bisa memasak karena pengaruh ketika studi dan kost ataupun tinggal di asrama dan mendapat jadwal memasak. Mau tidak mau seorang anak harus belajar memasak. Saya mengalmainya. Waktu saya di daerah, budaya saya membentuk saya yakni urusan masak adalah urusan perempuan. Maka saya tidak terlatih untuk masak. Namun pada waktu kuliah dan tinggal di asrama, saya harus mengikuti jadwal yang diatur di asrama seperti mendapat giliran masak, memberihkan halaman asrama, merapikan tempat tidur sebelum kuliah. Dengan kesediaan melakukan hal-hal yang baik tersebut maka terbentuklah kebiasaan baik dalam diri saya. Inilah yang disebut pembentukan karakter. Dalam pembentukan karakter, seorang berusaha untuk menanamkan dalam dirinya atau membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik.
Apa yang saya katakan di atas searah dengan definisi yang diberikan E.Mulyasa tentang pembentukan karakter. Bagi Mulyasa, pembentukan karakter adalah adalah usaha menanamkan kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepeduliaan dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggungjawab, hormat terhadap orang lain.
Seorang filsuf dunia yaitu Aritoteles menyatakan bahwa karakter erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan diamalkan. Kita tahu bahwa Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani. Dalam bahasa Yunani karakter diartikan menandai atau Inggris “to mark” dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari”.
Karakter sebagaimana yang didefinisikan di atas adalah deskripsi tentang pembentukan karakter positif atau karakter yang baik. Berlawanan dengan yang positif ada pula karakter negatif. Karakter inipun terbentuk dalam diri seseorang karena lingkungan. Misalnya seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sebaliknya orang yang berperilaku baik, jujur, dan suka menolong disebut sebagai orang yang memiliki karakter baik.
Berdasarkan paparan di atas, pembentukan karakter Kristiani adalah terbentuknya sifat-sifat positif dalam diri orang Kristen. Sifat-sifat yang terbentuk dalam diri orang Kristen adalah sifat-sifat terbaik yang diajarkan dalam Alkitab. Misalnya ajaran tentang Kasih. Ketika nilai-nilai kasih itu terwujud dalam kebiasaan seorang Kristen dalam kehidupan sehari-hari maka dapat dikatakan maka orang Kristen tersebut telah membentuk dalam dirinya suatu karakter Kristen yaitu karakter kasih. Selain itu orang Kristen Indonesia harus mebnetuk sebuah sifat positif dalam dirinya sebagai bangsa Indonesia, misalnya cinta tanah air, mencintai kebhinekaan dan seterusnya.
Jadi, individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat (KBBI, 2011:2013). Jadi, menurut sumber-sumber di atas, karakter adalah sifat-sifat atau kebiasaan yang terbentuk dalam diri.
Salam
Yonas Muanley
Sangat membantu Pak POST nya GBU pak
ReplyDelete