Pendidikan Kristen tentang Filsafat yang berdoa

Dinamika Pendidikan AGama Kristen dari perspektif filsafat yang berdoa. Lalu apa dan Bagaimana Filsafat yang BerDOA. Jawabannya kita mulai dengan doa kemudian dalam postingan berikutnya kita bahasa filsafat yang berdoa.
Definisi Doa dalam Kamus
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, doa adalah suatu permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa adalah permohonan untuk mengharap, memuji, meminta sesuatu kepada Tuhan.
Doa Dalam Alkitab
Doa adalah kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah.
Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa.
Doa adalah percakapan yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Dalam pengertian ini bila seseorang tergerak berdoa maka Allah telah menyentuh rohnya. Doa demikian bukanlah suatu `tanggapan wajar dari manusia`, karena `apa yang dilahirkan dari daging dalah daging` (Yoh. 4.24). Sebagai akibatnya , Tuhan tidak `mengindahkan` setiap doa (Yes. 1.15, 29.13).
Alkitab mengajarkan bahwa doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.(Ensiklopedia, 1979:249)
Doa juga adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan dengan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan manusia diberitakan dalam Perjanjian Lama.
Kita dapat melihat dalam Doa Abraham, Kejadian 15:1-6. Musa, Keluaran 3:1-4.; 33:11. Para Nabi, 1 Samuel 3:4-9.
Doa dalam Perjanjian Lama mencakup permohonan, syafaat, pengakuan dan pengucapan syukur.
Doa dalam Perjanjian Lama ditentukan jam-jam dan hari-hari tertentu. Dalam Perjanjian Baru, Yesus yang sering berdoa kepada Bapa-Nya dan mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya (Mat. 6:9-13, Luk 11:2-4).
Doa juga dibicarakan dalam surat-surat kiriman para rasul yang mengajarkan bahwa doa kepada Allah dilakukan melalui Kristus (Rom. 1:8).
Dalam hal ini, doa dalam Perjanjian Baru mencakup pujian (Kis. 2:47). Pengucapan syukur (1 Kor. 14:16-17) dan permohonan (Fil. 4:6). Doa tidak dipandang memaksa Allah untuk bertindak tetapi tetapi sebagai memohon agar jadilah kehendak Allah dan datanglah kerajaan-Nya atau datanglah kerajaanMu sebagaimana muncul dalam doa Bapa Kami (Mat.6:9-10)

Doa Dalam Komunitas Perjanjia Lama

Pertama, komunitas Peranjian Lama yang penulis maksudkan yaitu pada zaman para Bapak Leluhur. Pada zaman bapak leluhur doa adalah menyeru nama Tuhan (Kej. 4.26….) yakni Nama yang kudus itu disebut dalam doa atau permohonan. Karena itu ada hubungan langsung dan keakraban dalam doa (Kej. 15.2). doa juga dihubungkan erat dengan persembahan korban (Kej. 13.4….)
Kedua, Komunitas Peranjian Lama pada Zaman pra Pembuangan. Pada zaman pembuangan salah satu tekanan utama doa ialah syafaat, memang syafaat juga telah ada pada zaman bapak leluhur (Kej. 18.22). Syafaat khususnya penting dalam doa-doa Musa (Kel. 32….) sebagian besar umumnya adalah doa syafaat, seperti halnya dengan doa-doa Harun, Samuel, Salomo dan Hizkia.
Kesimpulannya agaknya demikian , bahwa syafaat itu agaknya terbatas pada orang-orang penting, yang oleh kedudukannya yang diberikan oleh Allah kepada mereka apakah sebagai nabi, imam atau raja, memiliki kekuasaan khusus dalam doa sebagai pengantara Allah dan manusia.
Ketiga, Doa pada Zaman pembuangan. Selama masa pembuangan factor penting dalam agama orang Yahudi ialah munculnya rumah sembahyang (sinagoge). Bait suci di Yerusalem telah menjadi puing, dan upacara-upacara di mezbah serta korban-korban tak dapat dilayankan di Babel yang tidak suci itu. Seorang Yahudi kini tidak lagi orang yang telah dilahirkan dalam persekutuan dan menetap di situ, tapi lebih berwujud seseorang yang memilih menjadi Yahudi. Pusat umat beragama ialah rumah sembahyang, dan diantara kewajiban keagamaan yang diterima seperti sunat, berpuasa dan pemeliharaan sabat, maka doa menjadi penting.
Keempat, Doa pada Zaman setelah pembuangan. Doa ini dapat kita lihat dalam (Ezr.7.27…). doa-doa mereka juga mengandung pelajaran (Ezr.9.6-15…) . (Mzm.55.17, Dan. 6.10).

Menalar tentang filsafat yang berdoa memang begitu mealtih pikiran untuk bertumpu pada pemberi pikiran. Dalam terminologi Kristen mempertanggungjawabkan peta dan gambar Allah. Demikianlah filsafat yang berdoa
Lalu kapan kita menemukan filsafat yang berdoa?

Previous Post
Next Post
Related Posts

0 comments: