Pendidikan Kristen Berbasis Teknologi Free Weblog

Pendidikan Kristen Berbasis Teknologi Free Weblog

Teknologi hadir sebagai hasil karya manusia. Di dalam teknologi berjumpa logi dan seni. Perjumpaan itu melahirkan keunikan teknologi. Kemudian teknologi itu berfungsi sebagai alat untuk mengatasi masalah yang dihadapi manusia. Intinya manusia membuat teknologi baik sebagai konsep-konsep maupun alat yang bergunan untuk menolong manusia mengatasi masalah. Hal ini berarti masalah yang dihadapi manusia menyebabkan dibuatnya teknologi. Salah satu teknologi yang hendak kita pakai dalam Pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen adalah teknologi web.
Pemanfaatan teknologi web dalam pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu cara mengatasi masalah dalam dunia pendidikan Kristen. Misalnya bagaimana menimbulkan minat belajar Pendidikan Kristen? Sementara yang terjadi yakni peserta didik kurang berminat pada Pendidikan Agama Kristen. Mereka hanya mengikuti Pendidikan Agama Kristen karena sekadar mendapat nilai untuk kelulusan. Mereka juga hadir di kelas tanpa konsentrasi yang baik terhadap Pendidikan Agama Kristen. Ini beberapa masalah. Untuk itulah kita mesti memikirkan teknologi yang menolong anak dalam pembelajaran Kristen yang menyenangkan.
Salah satu cara pembelajaran Pendidikan Kristen yang menyenangkan yaitu dengan memanfaatkan halaman-halaman teknologi website. Pada konteks ini juga ada masalah yaitu kemampuan dana untuk membuat sebuah website pembelajaran Pendidikan Kristen. Sementara tidak semua guru atau lembaga pendidikan mampu menyediakan teknologi website untuk proses pembelajaran Pendidikan Kristen.
Menyadari akan kendala di atas, saya sering menggunakan halaman-halaman website yang tidak berbayar atau free. Seperti saya merancang pembelajaran melalui free weblog. Saya biasanya menggunakan free weblog yang berdomain dan hosting dari blogspot.com. Pemanfaatan free weblog berbasis blogspot.com begitu mudah dilakukan. Caranya kita kunjungi www.blogger.com kemudian membuat sebuah blog dengan terlebih dahulu memiliki email dari gmail.com atau yang lain, tetapi saran saya sebaiknya gmail.com saja karena sudah terintegrasi dengan google.
Kita dapat memposting dalam blog tentang STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR dan MATERI PEMBAHASAN  kemudian kita posting di blog. Selanjutnya peserta didik dapat belajar melalui blog baik di rumah maupun di kelas bersama guru Pendidikan Kristen. Saya sering menggunakan postingan materi pembelajaran di blog kemudian pada waktu mengajar di kelas, saya meminta peserta didik untuk dapat mengakses blog mata pelajaran tersebut. Sering juga saya memakai LCD untuk ditampilkan melalui layar kemudian dipelajari secara bersama. Demikian juga Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir semester dilakukan melalui blog dengan memanfaatkan ruang komentar. Untuk soal ujian, biasanya saya posting di blog tetapi masih dalam bentuk draff. Artinya belum dipublish, nanti pada waktu saya di ruang kelas baru saya publis kemudian para peserta didik menjawabnya. Sering saya memakai LCD supaya soal dapat dibaca secara jelas.
Untuk mencapai maksud di atas biasanaya setiap peserta didik datang ke kelas dengan membawa laptop. Kemudian pada proses pembelajaran atau ujian, setiap mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan bahan ajar dan soal ujian melalui Bahan Ajar Online dan Soal Ujian Online.
Untuk memudahkan akses materi dalam blog maka kita harus membuat tombol navigasi. Misalnya kita membuat tombol navigasi untuk Standar Kompetensi, tombol navigasi Kompetensi Dasar 1, Kompetensi Dasar 2, Kompetensi Dasar 3, KOmpetensi Dasar 4, Kompetensi Dasar 5, Kompetensi Dasar 6, Kompetensi Dasar 7. Kita buat 7 Kompetensi dasar karena menurut teori dar Applied Approach KD paling banyak 7 dan paling sedikit 3. Kemudian untuk materi juga kita bisa membuat tombol navigasinya, termasuk soal dan nilai. Yang terakhir hanya opsi saja. Silakan kunjungi Bahan Ajar Berbasis Online yang saya buat di beberapa blog seperti Bahan Ajar Online Apologetika, Bahan Ajar Online Filsafat Ilmu dll

Selamat mencoba menjadi pendidik Kristen GoBlog
Pendidikan Agama Kristen Tentang Pendamaian

Pendidikan Agama Kristen Tentang Pendamaian

Pendamaian menunjukkan adanya suasana hubungan yang harmonis atau serasi antara dua atau lebih dari dua pihak. Perdamaian menunjukkan keadaan damai atau suasana yang menentramkan. Pemahaman seperti ini dapat dimaklumi karena secara umum, pendamaian berasal dari kata dasar damai. Damai adalah suasana di mana tidak terdapat permusuhan. Damai menunjuk pada hubungan yang serasi antara dua pihak atau lebih. Damai juga dapat menunjuk pada suasana tenang. Adanya suasana yang Indah dapat pula digambarkan sebagai keadaan yang damai. Menurut Yewango, di Indonesia, ada kata yang menunjukkan suasana tersebut, kata itu yakni “damai sejahtera”. Kata ini dipakai untuk menggambarkan suatu suasana yang sungguh-sungguh aman dan tentram.

Selain kata Indonesia di atas, ada pula kata Inggris yang menggambarkan pendamaian. Kata yang dimaksud yaitu “peace”. Kata ini memiliki pengertian: bebas dari atau berhenti dari peperangan, bebas dari ketidak teraturan sipil, ketenangan dan kesentosaan. Jadi, berdasarkan uraian ini, damai memiliki pengertian: kesentosaan di antara sesame (hubungan social yang harmonis), kesentosaan alam (hubungan manusia dengan alam), kesentosaan batiniah/kesejahteraan batin manusia

Dengan kata lain damai adalah suatu suasana, sedangkan pendamaian adalah suatu proses yang sedang berlangsung menuju suasana damai. Apabila ada dua pihak yang bermusuhan dan ada usaha untuk melupakan permusuhan maka hal ini disebut proses pendamaian.
Pengertian pendamaian dalam paparan di atas bersifat umum, jika demikian apa pengertian pendamaian menurut Alkitab dan hal apa yang melatarbelakangi akan kebutuhan pendamaian? Dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru terdapat kesaksian tentang adanya permusuhan antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesamanya. Dalam kitab Kejadian disaksikan bahwa manusia berbuat dosa (bermusuhan) dengan Allah.

Dalam konteks iman Kristen, keadaan harmonis antara manusia dengan Allah, sesame dan lingkungan dapat diperhatikan dalam narasi Kejadian 1 dan 2. Dalam narasi ini, penulis kitab Kejadian memaparkan bahwa manusia berada dalam keadaan ketaatan pada Allah, manusia diberi kuasa mengusahakan dan memelihara lingkungan, tidak ada pelanggaran antara manusia dan sesamanya. Akan tetapi dalam narasi Kejadian 3, dipaparkan bahwa manusia kurang harmonis lagi dengan Allah (bersembunyi), alama terkutuk karena kesalahan manusia, manusia mulai membunuh sesamanya (pembunuhan Habel oleh kain). Pelanggaran demi pelanggaran terjadi, menara Babel dan peristiwa lainnya menunjukkan bahwa manusia berada dalam suasana kurang harmonis, permusuhan. Kekurangan harmonisan ini disebabkan karena manusia telah berdosa.
Menolong peserta didik mencapai Tri Kebenaran

Menolong peserta didik mencapai Tri Kebenaran

Pembelajaran bertujuan menolong peserta didik sampai pada kebenaran. Kebenaran yang dimaksud disini yakni “kebenaran pengetahuan, kebenaran berkelakuan, kebenaran berketrampilan .”
Bagaimana sampai pada kebenaran ini?
Sokrates menuntun manusia muda melalui  cara yang disebut “cara “tanya” dan “ditanya” . Tentu cara ini dipakai sampai pada kebenaran itu. Cara yang diapakai pendidik mestinya cara yang dipakai sampai berjumpa dengan kebenaran itu.
Cara apa yang dipakai Sokrates dalam menuntun anak tiba pada kebenaran pengetahuan tentang salah satu realitas? Caranya yakni “bertanya dan ditanya”. Beratnya dan ditanya harus berlangsung sampai menemukan kebenaran.
Sebuah metode yang sangat berhasil dipakai Sokrates dalam menuntun anak mencapai kebenaran pengethuan tentang “serangga”hendaknya menolong kita untuk memikirkan dan menggunakan metode yang menolong guru dan peserta didik sampai pada “kebenaran”.
Metode hanyalah sarana dan ia bersifat kontekstual dan fleksibel. Misalnya metode pembelajaran examples non examples yang menolong anak sampai pada kebenaran melalui penggunaan gambar. Gambar dapat berfungsi sebagai media untuk menolong anak sampai pada kebenaran (Tri Kebenaran) dalam diri peserta didik.

Dalam suasana berlangsungnya cara mengajar dan belajar yang membawa anak kepada ‘kebenaran’ itu. Salah satunya yakni kebenaran pengetahuan tentang ‘serangga’. Anak memiliki pengetahuan yang benar tentang serangga. Serangga adalah salah satu realitas dan sasaran pengetahuan anak.
Kurikulum Sekolah Minggu

Kurikulum Sekolah Minggu

Kurikulum Sekolah Minggu
Menurut Eli Tanya, kata kurikulum aslinya berarti  lapangan perlombaan yang perlu dilalui oleh murid dan guru mencapai tujuan tertentu.  Sedangkan  E. G. Homrighausen dan I. H. Enklaar menyatakan apakah sebenarnya yang dimaksud istilah “Rencana Pelajaran” itu? Dalam bahasa asing dipakai kata“Curriculum”;arti aslinya ialah lapangan perlombaan.  Dalam konteks ini, kurikulum sekolah minggu merupakan rencana pelajaran yang dipakai untuk mengajar anak Sekolah Minggu.
Menurut Yonas Muanley, kurikulum sekolah minggu adalah sejumlah pengalaman belajar anak Sekolah Minggu yang menjadi tanggungjawab gereja dan keluarga Kristen. Pengalaman belajar itu mengatur Tujuan, Isi, Proses belajar mengajar dan Evaluasi dengan pemakaian metode dan media sehingga anak-anak mendapat pengalaman dibawah bimbingan seorang guru sekolah minggu.
       Jadi, kurikulum sekolah minggu dapat menolong orang percaya dari semua golongan umur mulai dari anak kecil sampai orang dewasa dan terlebihnya tugas ini dipercayakan kepada lembaga pendidikan Kristen dan Gereja.
Dasar pembuatan kurikulum atau sumber pembuatan kurikulum Sekolah Minggu yaitu Alkitab dan pengalaman Gereja. Artinya Alkitab adalah norma mutlak dalam membuat kurikulum sekolah Minggu. Selain itu pergumulan yang dihadapi gereja dapat dijadikan sebagai masukan dalam membuat kurikulum Sekolah Minggu.
Pendidikan Kristen Berdasarkan Mazmur 127

Pendidikan Kristen Berdasarkan Mazmur 127

Pendidikan Kristen bersumber dari Alkitab. Alkitab menjadi isi/konten Pendidikan Kristen sepanjang zaman. Dalam postingan ini saya memilih dari Mazmur 127 untuk dijadikan sebagai dasar Pendidikan Kristen.
Mazmur 127 mengandung dua bagian yang bersitegang secara tematis.

1. Pendidikan Kristen yang bergantung pada Kehendak dan Pertolongan TUHAN

Mazmur 1b-2. Bagian ini menyaksikan kehendak Allah tentang kebergantungan mutlak manusia atas kehendak dan pertolongan Tuhan. Tanpa Tuhan, tak ada upaya apa pun yang dapat berhasil dikerjakan serta diusahakan manusia. Prinsip ini dideklarasikan pemazmur dalam konteks berbagai hambatan eksteral dan internal berkait pembangunan ulang Bait Suci pasca kembalinya Yehuda dari pembungan atas ijin raja Koresy.

Pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Mazmur 127:1b-2 yaitu Pendidikan Kristen yang dilaksanakan dalam kebergantungan mutlak pada kehendak dan pertolongan Allah. Pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen yang membawa setiap peserta Pendidikan Kristen (Anak, orangtua, guru) dalam membangun ketergantungan kepada TUHAN. Pendidikan Kristen adalah Pendidikan yang Teosentris, Kristosentris dan Pneumasentris. Itu sebabnya tidak ada yang dapat menyombongkan diri dalam pelaksanaan Pendidikan Kristen. Seluruh insan dalam Pendidikan Kristen adalah insan yang bergantung pada TUHAN.

2.Pendidikan Kristen yang membangun unit-unit keluarga

Dalam Mazmur 127 kita mendapati sebuah prinsip teologis untuk Pendidikan Kristen yaitu Pendidikan Kristen didasarkan pada prinsip teologis alternatif yaitu bahwa Israel harus memberikan perhatian serta mengalokasikan energi mereka untuk membangun unit-unit keluarga. Dulu Bait Suci dianggap sebagai “milik pusaka TUHAN”, namun selain itu, anak-anak mereka juga merupakan “milik pusaka TUHAN”. Jika saat itu pembangunan ulang Bait Suci belum dikehendaki Tuhan untuk diteruskan, maka mereka tidak boleh mengabaikan pemeliharaan serta pembangunan unit-unit keluarga yang juga merupakan “milik pusaka TUHAN”.

Latar belakang untuk tafsiran di atas diperkuat oleh situasi historis yang tergambar dalam kitab Ezra dan Nehemia di mana pasca kembali dari pembuangan, Yehuda memang mengalami hambatan eksternal dan internal yang luar biasa sehingga pembangunan kembali Bait Suci itu terhenti sama sekali. Menariknya, tafsiran ini memberikan wawasan interpretif yang sangat masuk akal untuk menjelaskan sikap resistensif umat Israel tatkala nabi Hagai muncul 20 tahun kemudian untuk mengajak mereka membangun kembali Bait Suci. Mereka telah terbiasa hanya fokus pada pembangunan keluarga dan tidak lagi memperhitungkan pembangunan ulang Bait Suci sebagai agenda penting. Sikap ini dapat dilihat sebagai kesalahpahaman atas deklarasi teologis dari pemazmur dalam dua bagian Mazmur 127. Bukan hanya itu, tafsiran ini juga menolong kita untuk memahami kompisis ungkapan-ungkapan berkat dalam Mazmur 128. Rupanya, intonasi futuristik dalam ungkapan berkat mengenai melihat kebahagiaan Yerusalem dalam Mazmur 128:5 dilatarbelakangi oleh terhentinya pembangunan Bait Suci yang melatarbelakangi Mazmur 127.

Bait suci dalam bacaan Mazmur 127 merujuk pada bait suci secara historis yaitu pembangunan bait Allah di Yerusalem pada waktu itu. Namun dalam perkembangan selanjutnya kata “bait suci” juga dapat dikenakan pada tubuh manusia yang percaya kepada TUHAN. Setiap orang percaya adalah tubuh atau bait Allah. Didalamnya berdiam Roh Allah.

Jadi prnsip teologis yang diambil untuk Pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen yaitu Pendidikan Kristen bertujuan untuk membangun unit-unit keluarga menjadi keluarga yang memperhatikan dirinya sebagai bait Allah.
Pendidikan Agama Kristen di Kabupaten-kabupaten di Papua

Pendidikan Agama Kristen di Kabupaten-kabupaten di Papua

Guru Pendidikan Agama Kristen dapat melakukan tugas mendidik dan mengajar di mana saja. Kebetulan malam ini saya dapat informasi dari internet tentang Papua jadi saya buat cerita dulu. Cerita membuat soal pengetahuan umum tentang tempat pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Papua.

Soal 1
Berapa kabupaten di Papua?
Jawabannya 29 Kabupaten
Ah dari mana ko tahu kalau kabupaten di Papua ada 29 kabupaten. Jawab murid nanti saja Pak Guru
Pak Guru melanjutkan soal
Sebutkan 29 kabupaten di Papua. Maka sang anak dengan bantuan mama wikipedia menjawab:
inilah ke 29 kabupaten di Papua:
1. Kabupaten Asmat
2. Kabupaten Biak Numfor      
3. Kabupaten Boven Digoel
4. Kabupaten Deiyai
5. Kabupaten Dogiyai
6. Kabupaten Intan Jaya          
7. Kabupaten Jayapura
8. Kabupaten Jayawijaya
9. Kabupaten Keerom
10. Kabupaten Kepulauan Yapen         
11. Kabupaten Lanny Jaya
12. Kabupaten Mamberamo Raya         
13. Kabupaten Mamberamo Tengah
14. Kabupaten Mappi
15. Kabupaten Merauke             
16. Kabupaten Mimika
17. Kabupaten Nabire
18. Kabupaten Nduga
19. Kabupaten Paniai
20. Kabupaten Pegunungan
21. Kabupaten Puncak
22. Kabupaten Puncak Jaya       
23. Kabupaten Sarmi
24. Kabupaten Supiori
25. Kabupaten Tolikara              
26. Kabupaten Waropen
27. Kabupaten Yahukimo                      
28. Kabupaten Yalimo    
29. Kota Jayapura     

Kata guru nanti saya periksa ko pu jawaban. Beberapa hari kemudian bapa guru bilang anak, ko punya jawaban benar. Ko dapat Nilai 100. Sekarang Bapa guru buat soal lagi

Dalam Roma bilang pemerintah adalah wakil Allah. Kalau begitu sebutkan nama-nama bupati yang memerintah di 29 Kabupaten di Papua?

Maaf untuk saudara-saudaraku dari Papua jika ini kurang berkenaan maka saya akan hapus. Saya Yonas Muanley, berasal dari Pulau Alor Nusa Tenggara Timur. Beberapa mantan mahasiswa saya dari beberapa kabupaten yang disebutkan di atas



Pemanfaatan Free Weblog dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

Pemanfaatan Free Weblog dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh saya terhadap sejumlah mahasiswa ditemukan adanya pengakuan peserta pembelajaran bahwa pemanfaatan free weblog (blog: Blogspot, wordpress) sebagai media pembelajaran (bahan ajar online) berpengaruh efektif terhadap  proses pembelajaran di STT. Para mahasiswa dapat mengikuti materi kuliah secara online terhadap setiap mata kuliah yang disajikan di STT. 
Kemudahan lain yakni mahasiswa dapat melihat secara online Kontrak dan silabus serta materi bahan ajar dapat dionlinekan di weblog gratis. Pemanfaatan freeweblog seperti ini menurut penilaian responden 67 responden, 14 responden menilai sangat efektif, 18 menilai efektif. Responden jumlah terendah adalah 7, sedngkan tertinggi adalah 28 pada penilaian efektif dan sangat efektif berpengaruh terhadap proses pembelajaran di STT. 
Jadi, pemanfaatan weblog sebagai bahan ajar online menurut responden efektif berpengaruh terhadap efektivitas proses pembelajaran di STT. 
Free weblog yang dapat dipakai dalam pembelajaran itu sangat banyak, misalnya blogspot, wordpress dll. Saya lebih banyak menggunakan blogspot. alamatnya www.blogger.com. Saya menggunakan domain dan hosting blogspot karena sudah menyatu dengan gmail.com dan google.com. Bila kita ingin menggunakan blogspot untuk tujuan ekonomis maka kita bisa memakai blogspot, gmail, google Adsense, google adword, google+, youtube, picasa, Memasang teme blogspot juga tidak rumit, baik yang sudah tersedia pada blogspot maupun oleh pihak ketiga yang bekerjasama dengan blogspot. Kita kenal ada template blogger,  dll.
Berbagai fasiiltas internet tersebut di atas dapat dipakai dalam pembelajaran Pendidikan AGama Kristen secara Online. Mari kita GoBlog keseluruh dunia. Anda tidak harus pergi ke seluruh dunia tetapi karyamu dan karyaku melalui tulisan dll pergi ke seluruh dunia melalui internet.
Selamat GoBlog dalam Pendidikan Agama Kristen.
Pendidikan Agama Kristen dalam Paradigma Rekonstruksi

Pendidikan Agama Kristen dalam Paradigma Rekonstruksi

Rekonstruksi perumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan Agama Kristen dilaksanakan berdasarkan tujuan yang jelas. Akan tetapi sering rumusan itu tidak relevan dalam kebutuhan gereja. Oleh karena itu perlu sebuah pendekatan lain. Pendekatan lain yang saya maksudkan adalah pendekatan rekonstruksi. Pendekatan ini berusaha merekonstruksi apa yang dibutuhkan masyarakat gereja. Berdasarkan kebutuhan gereja tersebut maka diadakan rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen.
Rekonstruksi perumusan materi Pengajaran Pendidikan Agama Kristen
Bila merujuk pada pendekatan rekonstruksi maka pilihan utama yakni kebutuhan masyarakat gereja karena yang akan mengalami atau memakai tenaga tamatan Sekolah Teologi yakni gereja dan beberapa lembaga lain seperti sekolah dan Yayasan.
Untuk itulah perlu merekonstruksi materi pengajaran Pendidikan Agama Kristen berdasarkan kebutuhan masyarakat pengguna tamatan Sekolah Tinggi Teologi. Rekonstruksi materi kuliah berdasarkan penjabaran dari tujuan pengajaran Pendidikan Agama Kristen. Biasanya dalam kurikulum Pendidikan Indonesia dikenal Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi yaitu tujuan yang akan dicapai setelah interaksi dalam jangka waktu satu semester, demikian pula Kompetensi Dasar yang akan diselesaikan dalam setiap pertemuan.
Bila proses pembelajaran berlangsung selama 14 kali pertemuan maka kompetensi dasar dijabarkan menjadi 7 Kompetensi Dasar dengan 2 Indikator.
Hal penting yang perlu diingat dalam rekonstruksi Pendidikan Agama Kristen yaitu “Perubahan apa yang mesti terjadi dalam diri anak” atau “Anak bisa apa” . Berdasarkan kompetensi yang mau dicapai anak maka dicari materi yang relevan.
Misalnya di wilayah A. Warga Gereja sangat takut dengan roh-roh jahat. Maka Pendidikan Agama Kristen kepada anak yaitu agar anak mampu mengusir setan dalam kuasa nama Yesus. Berdasarkan tujuan ini dicari materi tentang mengusir roh-roh jahat dalam nama Yesus. Materinya dapat dirumuskan dari ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan kuasa mengusir setan. Selain itu pengalaman pelayanan hamba Tuhan dalam mengusir setan juga dipertimbangkan dalam membuat materi pelajaran tentang mengusir setan. Hal terakhir jangan lupa memasukan praktik mengusir roh-roh jahat dalam pokok-pokok terakhir atau menjadi salah satu Kompetensi dasar, misalnya pada kompetensi dasar yang ke-7 dirumuskan: Latihan mengusir roh jahat dalam nama Yesus.
Semoga berguna


Dasar Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga

Sumber: Pixabay

Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga tidak didasarkan pada kehendak manusia tetapi pada kehendak Allah. Kehendak Allah itu sudah dinyatakan dalam Alkitab. Oleh karena itu Alkitab perlu dibaca, ditafsirkan dan diajarkan kepada anak. Alkitab harus menjadi isi Pendidikan Agama Kristen di Keluarga.
Dasar teologis dalam psotingan ini tidak sepesifik bicara soal ayat-ayat dalam Alkitab tentang pendidikan Kristen. Karena sangat jelas bahwa Alkitab mengajarkan tentang pendidikan. Berdasarkan Alkitab kita tahu bahwa Allah memerintahkan agar para orangtua melaksanakan pendidikan Kristen (Pendidikan rohani yang bernilai Kristiani) kepada keluarga.

Jadi, Pendidikan Agama Kristen di Keluarga adalah salah satu bagian dari tugas Gereja. Keluarga Kristus juga adalah bagian dari warga Gereja. Dengan demikian Pendidikan Agama Kristen yang dilakukan  dalam Keluarga Kristen memiliki peranan yang signifikan dalam pembentukan kerohanian anak.

Pendidikan Agama Kristen Berbasis Kompetensi Menurut Ulangan 6:4-9

Sumber: Alkitab Terjemahan LAI Jakarta. Terbitan 2014

Bila dinamika Pendidikan AGama Kristen kita letakkan dalam format teks suci Ulangan 6:4-9 maka kita mendapati konfirmasi yang sangat jelas dalam hal kompetensi. Untuk meudahkan pemahaman akan pembahasan Pendidikan AGama Kristen berbasis kompetensi menurut ulangan 6:4-9 maka saya ingin membaca ayat ini dalam kacamata Pendidikan Agama Kristen Berbasis Kompetensi  Peserta Didik: "Kasihilah TUHAN Allahmu dengan segenap afektifmu (hatimu),dan segenap kognitifmu (segenap jiwamu ), dan segenap psikomotorikmu (segenap kekuatanmu) sehingga terjadilah perubahan peserta didikmu dalam kompetensinya yaitu kemampuan berpikir, bertindak dan berkarya.
Pendidikan Agama Kristen dalam format Ulangan 6:4-9 adalah Pendidikan Agama Kristen yang berlangsung dalam kasih untuk sebuah perubahan dalam diri peserta didik yang meliputi tiga ranah dalam diri peserta didik yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain pendidikan Kristen tidak hanya menekankan satu sisi dalam tiga domain.
Bila ini diperhatikan guru maka Pendidikan Agama Kristen di sekolah akan berhasil meningkatkan etika dan moralitas peserta didik atau anak berkarakter bangsa dan berkarakter Kristen.

Pengajaran tentang Gereja

Pengajaran tentang Gereja

Kata “Gereja” yang dipakai di Indonesia berasal dari kata Portugis igreya, yang jika mengingat akan cara pemakaiannya sekarang ini, adalah terjemahan dari kata Yunani kyriake. yang berarti yang menjadi milik Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan “milik Tuhan” adalah: orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Jadi yang dimaksud dengan “Gereja adalah persekutuan para orang beriman”.

Dalam bahasa Yunani, kata  ekklesia berarti pertemuan atau sidang. Kata ini umumnya dipakai bagi sidang umum dari penduduk kota yang dikumpulkan secara resmi. Tidaklah jelas apakah pemakaian ekklesia secara Kristiani pada mulanya diambil dari pemakian non-Yahudi atau dari pemakaian Yahudi, tapi adalah pasti bahwa kata ini lebih mengandung arti “pertemuan” daripada “organisasi” atau “masyarakat”. Sifat asas ekklesia ialah setempat. Ekklesia setempat janganlah dipandang sebagai bagian dari ekklesia seantero dunia. Sekalipun adalah mungkin banyaknya gereja seperti banyaknya kota bahkan banyaknya rumah tangga, namun Perjanjian Baru hanya mengacu pada satu ekklesia, tanpa menganggap perlu menjelaskan hubungan antara gereja yang satu dengan yang banyak itu. 
Pendidikan Agama Kristen dalam Paradigma Cornelius Van Til

Pendidikan Agama Kristen dalam Paradigma Cornelius Van Til

Postingan ini tidak bermaksud menguraikan teori Vantil secara luas dan mendalam tentang antitesis dalam pendidikan. Postingan ini hanya berusaha mengadaptasi pemikiran Cornelius Van Til, dalam hal Pendidikan Agama Kristen. 
Menurut Conelius Van Til, Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang membawa anak langsung bertemu dengan Tuhan dan bukan pendidikan yang membawa anak langsung kepada dunia. Bagian akhir ini dilakukan oleh mereka yang melaksanakan pendidikan diluar iman Kristen. Orang Kristen percaya bahwa Allah menciptakan alam semesta. Orang Kristen memiliki alam semesta yang terbatas. Oleh karena itu orang Kristen membawa anak untuk berhadapan langsung dengan Tuhan Allah, bukan pendidikan tanpa Allah (Godless education). Pendidikan Kristen dilakukan bersama Allah dan bukan pendidikan tanpa Allah. Pendidikan Kristen tidak mengenal model pendekatan membawa anak didik langsung berhadapan dengan dunia. Pendidikan demikian adalah pendidikan tanpa Allah. Pendidikan demikian menolak manusia sebagai ciptaan Tuhan yang bertanggungjawab kepada TUHAN. Pendidikan tanpa Allah adalah pendidikan yang humanistik (berpusat kepada manusia). Manusia harus hidup bagi Allah dan bukan hidup untuk dirinya sendiri.

Pendidikan Kristen berlangsung dengan tujuan, isi dan metode yang jelas. Dengan kata lain, kita tahu apa tujuan pendidikan, kita juga tahu apa isi Pendidikan Agama Kristen dan metode pengajaran Kristen dan bagaimana mengevaluasinya.
Pendidikan Agama Kristen sebagai disiplin Ilmu Mandiri

Pendidikan Agama Kristen sebagai disiplin Ilmu Mandiri

Pendidikan Agama Kristen adalah salah satu bagian dari panggilan gereja sejak awal. Akan tetapi Pendidikan Kristen sebagai sebuah disiplin Ilmu yang kita sebut dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK) baru diperkenalkan kepada gereja-gereja di Indonesia pada tahun 1955. Hal ini berarti sejak adanya misi atau Zending di Nusantara sampai kemerdekaan tahun 1945, Pendidikan Agama Kristen belum dikenal sebagai sebuah disiplin ilmu yang dipelajari secara khsusus dalam periode waktu tertentu dalam sekolah atau kampus-kampus sekolah Teologi di Indonesia kala itu. Namun sejak tahun 1955 Pendidikan Agama Kristen yang diperkenalkan oleh ahli-ahli Pendidikan Agama Kristen seperti Iris V Cully,Robert R.Boehlke dan beberapa pakar lainnya, kemudian sejak tahun 1955 Dewan Gereja-gereja Indonesia menetapkan agar Pendidikan Agama Kristen diajarkan di sekolah-sekolah Teologi.

Salah satunya atau satu-satunya adalah STT Jakarta. Ya karena tahun 1955 tidak menjamur STT seperti sekarang ini. Sehingga STT Jakartalah tempat mulainya Pendidikan Agama Kristen sebagai Ilmu Mandiri. Kita kenal ada dua buku tebal dari mantan dosen dan Profesor Pendidikan Agama Kristen yaitu Dr. Robert R. Boehlke.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah Teologi tentunya memiliki dasar biblis yaitu Perjanjian Lama seperti dalam firman Tuhan yang terambil dari Kitab ysng ditulis oleh Nabi Musa dalam kitab Ulangan.
Dengarlah hai orng Israel: TUHAN itu Allah kita. TUHAN itu esa … Apa yang kuprintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apa bila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau banung. (Ul. 6:4-7)

Sedangkan dalam Perjanjian Baru, kita mendapat dasar pelaksanaan pendidikan agama Kristen berdasarkan kitab-kitab Injil yang mendeskripsikan Yesus sebagai pelaku Didaktik yang teragung. Di dalam Matius 5:2 menyatakan bagaimana Yesus melaksanakan kegiatan pengajaran itu kepada para murid-Nya. Dapat dikatakan bahwa Yesus memberikan teladan mengajar. Pengaruh dari pengajaran itu yakni orang banyak yang mendengarkan pengajaran-Nya takjub dan tercengang-cengang. Hal ini disaksikan dalam Injil sebagaimana yang muncul dalam kutipan berikut ini.

Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya. (Matius 7:28.) Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.( Matius 22:33). Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.( Markus 1:22.) Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mukjizat-mukjizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?( Markus 6:2). Imam-imam kepala dan para ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.( Markus 11:18.) Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.( Lukas 4:32.)

Yesus banyak melakukan kegiatan pengajaran sehingga tidak mengherankan jikalau dalam Injil Sinoptik, sebutan yang paling banyak dipakai untuk Tuhan Yesus adalah “Guru”, bukannya Nabi atau Mesias. Dalam Injil Sinoptik tercatat sebutan “Guru” sebagai salah satu gelar atau jabatan Yesus digunakan sebanyak 40 kali, jauh lebih banyak dibandingkan dengan sebutan Nabi atau Mesias. Dari keempat Injil (termasuk Injil Yohanes).

Merujuk pada informasi Injil sinoptik tentang kegiatan mengajar yang dilakukan Yesus maka dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen yang dilaksanakan di keluarga, gereja, dan khsususnya di sekolah-sekolah Teologi harus dipahami sebagai bagian dari kehendak Tuhan yang mesti dilaksanakan secara baik dan bertanggungjawab.

Pendidikan Kristen dalam Keluarga Berbasis Keesaan Allah Berdasarkan Ul. 6:4-9

Sumber: Alkitab Terjemahan LAI Jakarta. Terbitan 2014

Keluarga Kristen yang berada dalam masyarakat yang multikultural berada dalam interaksi yang kompleks, khususnya dalam hal kepercayaan kepada TUHAN. Orang Kristen dianggap sebagai orang yang percaya tiga Allah. Doktrin Tritunggal dianggap tidak masuk akal. Ada pula yang menyatakan orang Kristen percaya manusia menjadi Allah. Analogi yang dibuat adalah bahwa semua orang tahu meja pasti dibuat oleh tukang tetapi sampai kapanpun meja tidak akan menjadi tukang. Hal tentunya menjadi tantangan tersendiri bagaimana melaksanakan Pendidikan Kristen dalam keluarga Kristen. Memang kita semua tahu bahwa meja dibuat tukang dan sampai kapanpun meja tidak akan menjadi tukang. Namun anologi ini tidak tepat menggambarkan TUHAN menjadi manusia. Dalam teologi Kristen, bukan manusia yang menjadi Allah tetapi Allah yang menjadi manusia melalui kandungan Maria, anak yang dilahirkan itu dinamai Yesus (Mat. 1:21). Kemudian dalam Yohanes 1: 14 disebutkan: firman itu menjadi manusia ... dan melaksanakan misi-Nya melalui pengajaran yang berkualitas





Dalam Ulangan 6:4-9 disebutkan bahwa para orangtua dalam keluarga Israel harus mendidik anak dalam keesaan TUHAN yang memperkenalkan diri kepada Musa. Mereka diperintah untuk mengajarkan bahwa Allah itu esa!
Pengajaran tentang keesaan TUHAN Allah itu esa sedemikian penting karena bangsa Israel menghadapi bangsa-bangsa lain yang menyembah ilah-ilah lain. Boleh jadi bila pengajaran ini tidak disampaikan secara berulang-ulang maka anak-anak dalam keluarga akan dipengaruhi oleh keyakinan lain. Itulah sebabnya pengajaran tentang keesaan TUHAN Allah Musa sedemikian penting dalam keluarga bangsa Israel.
Dalam konteks pendidikan Kristen, keesaan TUHAN Allah tentu dikenal dalam doktrin Allah Tritunggal. Bapa, Anak dan Roh Kudus sehakekat atau sama-sama kekal. Jadi, satu dalam keber-ada-an tetapi tiga dalam kepribadian. Bapa memiliki pribadi, anak juga memiliki kepribadian dan Roh juga memiliki kepribadian. Intinya Allah Tritunggal dapat dipahami dalam pengertian Tri dalam kepribadian dan tunggal dalam keberadaan atau kekekalan (Bapa, anak dan Roh Kudus sama-sama kekal).
Suatu saat saya ketemu dengan seorang pemimpin spiritual dan berdialog dalam pendekatan filsafat. Saya katakan begini. Kami orang Kristen tidak percaya tiga Allah tetapi satu TUHAN Allah. Kami percaya TUHAN Allah yang menyatakan diri kepada Musa dengan nama YHWH, Tuhan Musa berkarya secara spesifik untuk bangsa pilihan-Nya yaitu Israel. Akan tetapi dalam rangka keselamatan bagi semua orang di luar bangsa pilihan maka TUHAN Allah Musa menyatakan diri atau menjadi manusia dan diberi nama Yesus. Jadi kami tidak percaya tiga Allah tetapi satu TUHAN Allah. Kemudian sang pemimpin spiritual itu menyatakan kalau begitu kita sama-sama percaya Allah yang esa.
Ya saya menghargai kesimpulan dia atas percakapan kami itu, tetapi poin yang saya hendak tekankan disini yakni pentingnya Pendidikan Kristen dalam keluarga tentang keesaan TUHAN Allah. Ajaran tentang Tritunggal patut dipikirkan secara mendalam, diyakini dan diajarkan kepada anak-anak dalam keluarga Kristen. Kita mengajarkan Allah Tritunggal karena pada hakekatnya Alkitab menyaksikan tentang adanya oknum Bapa, Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus. Kita tidak boleh pudar dalam mengajarkan Allah Tritunggal kepada anak-anak dalam keluarga Kristen, sebab ajaran ini adalah kesaksian Alkitab. Mungkin orang lain tidak senang dengan jaran Tritunggal, itu tidak menjadi soal, soal yang paling penting yakni kita mengajarkan keesaan Allah sebagaimana yang disaksikan dalam Alkitab.

Pengajaran tentang Allah Tritunggal dalam keluarga Kristen di tengah-tengah masyarakat majemuk hendaknya berlangsung dalam kontrol iman dan perlindungan kasih.
Studi Pendidikan Agama Kristen di Luar Negeri

Studi Pendidikan Agama Kristen di Luar Negeri

Bagi Anda yang sedang punya kerinduan untuk studi Pendidikan Kristen di luar negeri seperti Kanada, Amerika dan Inggris maka Anda dapat mencari informasi di beberapa universitas berikut ini:

St. Thomas University di Canada
University of St. Michael's College in the University of Toronto tersedia program Master of Arts in Theology
University of St. Michael's College in the University of Toronto ada program Master of Arts in Catholic Leadership dan Master of Religious Education
Universitas of St. Michael’s, College in the University of Toronto ada Program Studi Pendidikan Agama Kristen
Western University (Ontario) King’s University Colloge ada Program Studi Pendidikan Agama Kristen
University of Waterloo ST Jerome’s University ada Program Studi Pendidikan Agama Kristen
Trinity College in the University of Toronto ada program Studi Agama Kristen

Universitas Concordia Chicago

Anda bisa cari Program Studi yang cocok seperti: Teologi, Pendidikan Kristen, dll.

Anda dapat mengikuti informasi di beberapa link di atas, dan cari informasi program studi Pendidikan Kristen yang cocok dengan Anda. Kecocokan yang saya maksud yaitu kecocokan dalam doktrin dari gereja yang menaungi universitas tersebut. Selain itu gaya dosen dan metode pembelajaran yang dipakai dosen

Untuk Pendidikan di Perguruan Tinggi Umum di luar negeri seperti beberapa negara berikut ini:

https://www.hotcourses.co.id/netherlands/

Kuliah di Amerika Serikat
Kuliah di Jepang
Kuliah di Malaysia
Kuliah di Singapura
Kuliah di Jerman
Kuliah di Canada
Kuliah di Korea Selatan
Kuliah di China

https://www.hotcourses.co.id/

Untuk mereka yang dari Gereja Lutheran silakan klik disini: Lutheran Eduacation ...
Concordia Univercity. Silakan Anda cari Program Pendidikan Kristen di Graduate Eduacation
Semoga bermanfaat

Pendidikan Kristen dalam Keluarga

Pendidikan Kristen dalam Keluarga

Tuhan Allah adalah pendidik utama dan pertama yang mengajar dan mendidik manusia pertama dan generasi manusia selanjutnya. Dalam praktiknya, pendidikan itu lebih banyak dilakukan oleh para orangtua maka tindakan Allah dalam mendidik dan mengajar itu dapat dilakukan melalui para orangtua. Artinya Allah yang mendidik dan mengajar para anak tidak terlihat secara mata jasmani oleh anak, tetapi tindakan pendidikan dan pengajaran oleh Allah Tritunggal dapat dilakukan melalui para orangtua.

Menurut Elizabeth, keluarga merupakan lembaga pertama yang ditetapkan Allah di bumi untuk membentuk anak yang dikaruniakan Allah kepada setiap keluarga. Dalam hal ini maksud Allah membentuk keluarga Kristen agar anak belajar dari orang tua. Disini keluarga menjadi tempat terbaik untuk menumbuhkan iman dan menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan anak .

Pendidikan Kristen dalam keluarga sedemikian penting karena keluarga adalah sel masyarakat. Keluarga terikat pada persekutuan darah dan keturunan sehingga persekutuan itu lebih akrab. Masyarakat adalah persekutuan yang jauh lebih luas anggotanya, yaitu karena di persekutuan olah rasa hidup bersma dan rasa sepenanggungan. Faktor saling mempengaruhi antara keluarga dan masyarakat tidak dapat dihindari. Jemaat harus menampakkan rasa saling mengasihi dalam keluarga, agar kasih itu terpancar kepada masyarakat. Jemaat harus memperhatikan setiap keluarga. Setiap keluarga Kristen harus menguji keluarganya apakah berperan sebagai penghubung pekabaran Injil atau penyekat pekabaran Injil

Menurut Riemer, keluarga merupakan pusat segala pendidikan dan pengajaran Kristen. Pendidikan Kristen dalam keluarga hendaknya memiliki nilai sebagaimana yang disampaikan rasul Paulus: “dan kamu bapa-bapa janganlah bangkitkan kemarahan di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan”. (Ef.6:4). Firman Tuhan ini dalam Efesus 6:4 secara jelas menegaskan bahwa pendidikan ajaran Kristen oleh orang tua dalam keluarga memainkan peranan penting dalam keluarga Kristen. Pendidikan Kristen dalam keluarga memberi sumbangan untuk pertumbuhan Gereja. Sedemikian pentingnya pendidikan Kristen ditekankan dari abad ke abad, khususnya oleh bapak-bapak gereja sebagaimana yang nampak dalam literatur patristic yaitu dari para bapak Gereja, seperti Tertullianus, Agustinus, dan lain-lain memberi penegasan bahwa peranan keluarga dalam pendidikan Kristen sangat ditekankan.

Jadi, pendidikan Kristen dalam keluarga memberi pengaruh positif terhadap pembentukan kerohanian anak sehingga anak mampu menghadapi berbagai ajaran-ajaran yang membayakan imannya.







Pengertian Pendidikan Kristen

Pengertian Pendidikan Kristen

Secara etimologi (asal usul kata), pendidikan berasal dari kata education (Inggris), kemudian dalam bahasa Latin dipakai kata “ducere” artinya membimbing.

Berdasarkan arti etimologi ini, pendidikan dapat kita maknai dalam pengertian “usaha membimbing ke luar.” Usaha ini tentunya didasarkan pada kesadaran dan dalam perencanaan dan pelaksanaannya bersifat sistematis dan berlangsung secara berkelanajutan dengan maksud untuk mewariskan pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai serta ketrampilan-ketrampilan yang menolong (memperlengkapi anak) dalam kehidupannya di masyarakat.

Bila arti etimologi di atas kita hubungkan dengan Kristen maka pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen diartikan usaha sadar, terstruktur (sistematis) yang bertujuan memberi perubahan kepada anak dalam kemampuan berpikir (pengetahuan), kemampuan sikap dan ketrampilannya yang didasarkan pada nilai-nilai Kristen yang bersumber dari Alkitab sehingga menolong anak untuk mampu hidup dalam masyarakat.





Jadi, pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen di keluarga, Gereja dan Sekolah Formal (Swasta dan negeri) adalah pendidikan yang didasarkan pada upaya ilahi (tindakan Allah Tritunggal) yang mengajar melalui atau mengajar langsung kepada anak didik (dari berbagai tingkat usia) agar mengalami perubahan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Allah adalah pendidik utama dan pertama yang dapat mengajar umat-Nya melalui firman-Nya yang tertulis, tetapi Allah Tritunggal juga dapat mengajar melalui para orangtua Kristen, para guru di sekolah. Oleh karena itu maka siapapun yang terlibat dalam mengajar dan mendidik secara iman Kristen berarti bersedia memberi dirinya agar Allah Tringgal mengajar anak didik melalui para orangtua, khususnya para guru di sekolah.

Pendidikan adalah perantara antara tindakan ilahi kepada peserta didik dari berbagai tingkat usia (Anak, Remaja, Pemuda, Dewasa dan Lanjut usia).
Bila kita terlibat dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah maka kita harus memahami bahwa Allah Tritunggal mengajar melalui kita kepada peserta didik agar peserta didik mengalami perubahan kogniti, afektif dan psikomotorik yang sesuai dengan firman-Nya dalam Alkitab.
Pendidikan sebagaimana yang dimaksud di atas berlangsung di keluarga, Gereja dan Sekolah.

Apa pengertian Anda tentang Pendidikan Kristen dan Pendidikan Agama Kristen?