Menjawab Pertanyaan di Dunia Pendidikan Agama Kristen

Menjawab Pertanyaan di Dunia Pendidikan Agama Kristen

Refisi 23 Desember 2022. Tiga pertanyaan tentang Pendidikan Agama Kristen

Mereka yang mencari informasi tentang Pendidikan Agama Kristen biasanya dari kalangan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT), mahasiswa yang saya maksudkan tentu mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen, maupun mahasiswa  yang sedang menyusun skripsi, tesis dan disertasi di bidang Pendidikan Agama Kristen. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan dari perguruan tinggi di luar sekolah tinggi teologi sering mencari materi Pendidikan Agama Kristen. Misalnya mereka yang mengambil program studi Perbandingan Agama di Universitas Kristen maupun yang non Kristen. Untuk mereka yang mencari informasi ilmiah seperti untuk skripsi, tesis dan disertasi maka sering mencari topik-topik seperti pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

 

1.       Apa tujuan pendidikan agama kristen?

Jawanam akan apa tujuan pendidikan agama Kristen bergantung pada satuam pendidikan maupun perguruan tinggi. Para mahasiswa yang berada pada program studi Pendidikan Agama Kristen tidak dapat menghindari diri dari pertanyaan apa tujuan pendidikan agama Kristen. Selain itu dalam menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan PAK atau teori PAK maka pencarian dan penulisan tentang tujuan Pendidikan Agama Kristen menjadi pokok penting yang dicari oleh mereka yang menyusun karya Ilmiah dalam bidang Pendidikakan Agama Kristen. Tujuan Pendidikan Agama Kristen dari masa ke masa selalu dirumuskan dengan rumusan-rumusan yang berbeda namun esensi pokoknya yaitu Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus). Misalnya dalam rumusan Tujuan Pendidikan Agama Kristen yang pernah dipakai dalam kurikulum berbasis kompetensi, dalam kurikulum berbasis kompetensi, tujuan Pendidikan Agama Kristen dirumuskan secara praktis dogmatis yaitu “Anak mampu mensyukuri karya Allah Tritunggal”. Allah Tritunggal adalah ajaran yang mayoritas diterima oleh gereja arus utama seperti Gereja Lutheran, Gereja Calvinis, Gereja Baptis dan Gereja-gereja Pentakosta dan Kharismatik. Perumusan tujuan demikian dapat dipahami karena peserta didik di sekolah-sekolah formal dan perguruan tinggi berasal dari beragam denominasi Kristen sehingga doktrin yang umum diterima dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar anak dalam bidang Pendidikan Agama Kristen. Ajaran atau dogma gereja tentu harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kita juga paham bagaimana tim penyusun kurikulum PAK menyusun rumusan yang praktis dogmatis. Praktisnya yaitu mensukuri karya Allah Tritunggal. Sedangkan Allah Tritunggal adalah doktrin gereja dari abad-ke abad.

Orang Kristen tidak boleh merasa kelas II dengan ajaran tentang Tritunggal. Artinya tidak boleh merasa malu dan seperti tidak berani menyatakan doktrin Allah Tritunggal kepada orang lain yang mungkin sedang menyerang bahkan tidak suka dengan istilah Allah Tritunggal. Allah Trtunggal sepertinya menegaskan tiga Allah sebagaimana yang dituduhkan lawan-lawan doktrin Allah Tritunggal. Kata Trinitas atau Tritunggal memang tida ada dalam Alkitab namun Alkitab menyaksikan bahwa Allah berfirman, Roh Allah melayang-layang (bnd. Kejadian 1) dan dalam bagian yang lain dalam PL disaksikan tentang Allah, Anak dan Roh Kudus. Terhadap kesaksian Alkitab seperti ini maka Tertulianus menggunakan satu istilah latin yaitu Trinitas untuk menggambarkan pribadi Allah, pribadi Yesus dan pribadi Roh Kudus yang ketiganya berbeda namun dari sisi keberadaan sama sama kekal. Yesus bukan diciptkan sebagaimana Allah, demikian juga Roh Kudus juga tidak diciptakan tetapi ada sebelum langit dan bumi dicipatakan. Itulah sebabnya Bapak, Anaka dan Roh Kudus satu atau esa dalam pengertian keberadaan yaitu sama-sama kekal, sementara secara pribadi dapat dibedakan sesuai peran masing-masing.

 

2.       Apa yang dimaksud dengan pendidikan agama kristen?

Pendidikan Agama Kristen pada pertanyaan ini lebih mengarah pada usaha mendefinisikan Pendidikan Agama Kristen. Tentu sudah banyak penulis PAK yang berusaha menjelaskan pengertian Pendidikan Agama Kristen. Hasilnya ada ragam definisi Pendidikan Agama Kristen. Silakan baca dalam artikel yang dipublis dalam blog ini.

3.       Apa yang dimaksud dengan pak?

Pertanyaan yang ketiga juga sama dengan pertanyaan nomor 2. Bedanya pada poin 2 tulisan tentang Pendidikan Agama Kristen tidak disingkat. Sementara dalam poin 3 disingkat dengan PAK. 

Didaskalos di Masa Pandemi Covidvirus-19

Didaskalos di Masa Pandemi Covidvirus-19

Coronavirus (Covid-19) tidak asing lagi bagi setiap orang di seluruh dunia, di kalangan Kristen, khususnya para guru atau para didaskalos (bahasa Yunani) Kristen di satuan pendidikan seperti di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sejenisnya. Terhadap penyebaran Covid-19, para didaskalos (baca: para guru Agama Kristen) memiliki sikap yang berbeda terhadap Covid-19. Sikap yang saya maksudkan yaitu bersikap membentak Covid-19, dan bersikap tradionla dan modern dalam menghadapi Covid-19. Bersikap membentak yang saya maksudkan yaitu menghardik Covid-19. Kemana saja ia pergi selalu menghardik Covid-19. SIkap demikian tentu baik karena menunjukkan sikap rohani. Namun kadang sikap demikian terlampau berlebihan. Nama Yesus mesti digunakan pada secara bijaksana. Ya ada kuasa dalam Nama Yesus namun jangan juga menjadi kebiasaan menggunakan nama ini sehingga menghilangkan kesungguhan keyakinan atas ucapan menggunakan nama Tuhan kita Yesus Kristus untuk memarahi atau membentak Covid-19. Guru model menghardik atau membentak setan terlebih lagi membentak Covid-19 tentu ada. Saya juga pada tempat dan waktu yang tepat sering menggunakan nama Yesus untuk membentak setan tertentu. Akan tetapi Coronavirus (Covid-19, saya belum membentaknya dengan menggunakan nama Yesus. Silakan membentaknya tetapi kita mesti menggunakan nama Yesus dengan penuh hormat. Nama ini adalah nama yang berkuasa, nama yang kadang tidak disukai oleh orang-orang yang belum dipimpin Roh Kudus. Perhatikan saja pada waktu anda menggunakan nama ini dalam konteks tertentu, pasti ada yang mengkrut heningnya. Ini pertanda ia tidak ssuka dengan nama ini. Namun bila ia bertobat dan percaya pada-Nya maka pasti sangat suka dengan nama Yesus.

Selanjutnya untuk didaskalos yang tidak suka membentak setan-setan termasuk sakit penyakit, namun ia hanya berdoa saja dan meminta dalam nama Yesus agar sakit penyakit menjadi sembuh termasuk Covid-19 segera pergi dari dunia ini. Entah kapan Covid-19 berpulang ke tempat lain sehingga tidak mengganggu manusia.

Para didaskalos atau guru Kristen yang memiliki kebiasaan tidak menghardik Covid-19 tidak dapat dikelompokkan sebagai mereka yang kurang iman dan sebaliknya yang suka membentak Covid-19 dipatenkan menjadi orang yang memiliki tingkat rohani yang paling baik. Tentu tidak demikian. Memang benar bahwa dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Baru ada praktik mengusir setan atau membentak sesuatu yang membahayakan orang percaya seperti Yesus membentak angin dan ombak di danau Galilea. Angin tofan dan ombakpun menjadi hormat/taat pada bentakan Yesus.

Jadi, kalau mau membentak Covid-19 ya silakan saja, yang tidak membentak dan hanya bersikap berdoa saja agar Tuhan melinungi dari serangan virus Corona juga tentunya baik adanya. Selain itu tetap memperhatikan selalu mengukur suhu tubuh, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak social di tempat keramaian dan selalu menggunakan masker maka Corona Virus pasti tidak mampan menyerang kita. Upaya ini sebagai bagian dari menggunakan akal pikiran yang merupakan pemberian Tuhan. Melalui pikiran tersebut manusia meneliti dan menyimpulkan beberapa sikap yang dapat dipaiak untuk melawan Covid yaitu selalu cuci tangan sehabis menyentuh benda-benda tertentu di tempat umum, memakai masker dan menjaga jarak aman dengan orang lain.

Semoga bermanfaat

Salam

Yonas Muanley

  Metode Mengajar Perumpamaan Dalam Pendidikan Agama Kristen

Metode Mengajar Perumpamaan Dalam Pendidikan Agama Kristen

       Dunia Pendidikan Kristen sudah terbiasa dengan metode mengajar tertua yakni Ceramah. Selain itu ada pula metode mengajar tertua yang pernah Yesus gunakan dalam memberi pengajaran kepada orang-orang yang mengikuti-Nya. Metode yang dimaksud yaitu metode perumpamaan. Metode ini jarang dipakai dalam proses pembelajaran Agama Kristen di sekolah.

Menurut D. Guthrie (1994) dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, ia menyatakan bahwa perumpamaan berarti suatu cerita untuk menggambarkan kebenaran rohani atau moral. Perumpamaan berbeda dengan alegori (berbicara dengan samaran sesuatu yang lain) dimana setiap bagian kecilnya dianggap punya arti yang harus diuraikan. Biasanya ada satu pokok utama dalam sebuah perumpamaan walaupun sering di samping itu ada pokok-pokok kecilnya dan tidak disangkal bahwa Yesus mungkin kadang-kadang memakai unsur alegori, tapi tujuan utama perumpamaan adalah untuk membuat manusia menentukan sikap terhadap suatu keadaan, dengan jalan menyindir.

              Guru mesti menggunakan metode dalam memberi pengajaran. Tidak ada guru yang tanpa metode dalam melaksanakan pengajaran di kelas. Dalam hal ini setiap guru menggunakan metode mengajar peserta didik. Penggunaan metode ini sesuai tujuan yang hendak dicapai. Metode dan tujuan tidak dapat dipisahkan. Tujuan mempengaruhi penggunaan metode. Penggunaan metode yang cocok dengan tujuan akan memberikan efektivitas proses pembelajaran Pendidikan Kristen. Tujuan pengajaran adalah perubahan yang diharapkan terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut meliputi kecakapan kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk merumuskan tujuan yang baik maka diperlukan seorang guru yang memiliki kecakapan didaktik, khususnya dalam hal merumuskan tujuan pembelajaran. Perlunya guru dalam proses pembelajaran sebenarnya telah dinyatakan oleh ahli Pendidikan Agama Kristen, yaitu Robert R. Boehlke. Ia menyatakan: "Tanpa adanya guru Kristen seluruh kekristenan beresiko jatuh kedalam kebiadaban lagi. Untuk memberantas keburukan itu, Allah mengaruniakan jabatan guru kepada orang-orang yang rela menerima panggilan tersebut" (Robert R. Boehlke, 2005:418-4019).

Kembali pada pokok pembahasan tentang metode perumpamaan. Para guru Pendidikan Agama Kristen dapat menggunakan metode perumpamaan dalam mengajar peserta didik di sekolah. Perumpamaan itu melatih kecakapan berpikir dari peserta didik. Mereka dilatih berpikir akan perumpamaan yang diberikan dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pokok ini dapat dijadikan sebagai penelitian ilmiah untuk skripsi, tesis dan disertasi Pendidikan Agama Kristen. Misalnya variable yang dirumuskan seperti: Efektivitas Metode Perumpamaan Terhadap Perubahan Kognitif Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Selamat membaca dan meneliti.

Template Pendidikan Kristen

[Update 2020] Mereka yang punya passion di bidang Pendidikan tentu menghabiskan beberapa jam dalam kegiatan pendidikan terstruktur di sekolah seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan SMK mulai pukul 07 - 15.00 atau jam masuk mengajar bisa berbeda-beda. Selain itu pada tingkat perguruan tinggi, para para dosen menghabiskan beberapa jam untuk memberi kuliah dan mengadakan tugas lainnya yang berhubungan dengan tridarma perguruan tinggi. Keputusan hidup untuk membaktikan diri dalam pendidikan tentu membuka peluang untuk berkarya melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan-pesan yang berhubungan dengan bidang yang ditekuni. Salah satu media itu yakni website. Ada website yang berbayar atau profesional dan ada pula website atau situs yang bersifat free seperti blog. Para pendidik dapat menggunakan blog dengan memilih template khusus yang berhubungan dengan pendidikan. Dengan memilih template pendidikan, kita membuat situs berbasis blog yang tampil secara profesional.

Blog ini dibuat untuk memposting hal-hal yang berhubungan dengan "pengetahuan yang benar" tentang Pendidikan Agama Kristen dengan menggunakan blogspot sebagai media online. Lalu judul yang saya beri untuk blog ini yakni "Pendidikan Kristen", sedangkan alamat blog yaitu "dinamika Pendidikan Kristen" dengan domain dan hosting dari Blogspot.com
Saya memilih platform blogspot karena sangat mudah menggunakannya, kita dapat membuat tampilan blog lebih profesional dalam penampilan dengan menggunakan template blogger.

Penggunakan template blogger yang cermat akan membuat blog kita seperti blog profesional. Coba Anda perhatikan tampilan blog "Pendidikan Kristen" yang sedang anda kunjungi dan bandingkan dengan situs berbayar dari sisi penampilan situs. Tentu penampilan blog Pendidikan Kristen tidak kalah dengan penampilan situs berbayar. Saya sendiri senang menggunakan template ini, bahkan karena demikian senang maka saya memuji TUHAN Yesus, tindakan memuji TUHAN Yesus atas pemanfaatan sebuah template blogger dalam blog ini saya lakukan dalam halaman blog tentang Puji Tuhan Yesus. Silakan kunjungi laman berikut ini.

Praise The Lord Jesus


Tampilan blog ini sangat elegan karena menggunakan template blog pihak ketiga atau yang sering disebut "template blogger" dari template Bayna Fast, ada yang free dan Premium. Dengan menggunakan template blogger maka blog saya terlihat sangat baik dalam penampilan berikut ini.

Jika Anda hendak membuat tampilan blog anda lebih profesional dalam hal penampilannya maka anda dapat menggunakan template blogger. Ada yang fersi gratis dan ada pula yang berbayar. Tentu untuk langkah awal kita gunakan yang free dulu. Bila kita sudah mantap dalam menggunakan template maka kita dapat membeli kepada pemilik template. Template yang saya pakai ini adalah template dari "templatemark". Pembayaran dapat dilakukan melalui paypal. Namun saya belum melakukan itu karena saya masih menggunakan template fersi free download.

Ada juga sarana pembayaran melalui kartu kredit namun saya sangat hati hati menggunakan kartu kredit karena takut salah dipakai oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Pemilik template ini memang menyediakan pilihan pembayaran melalui kartu kredit dan paypal. Hanya saja saya belum berani menggunakan kartu kredit karena tidak ingin kartu kredit salah dimanfaatkan oleh orang-orang yang bukan pemilik templatemark.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen Menurut John Calvin

Teori Pendidikan Umum sebagaimana yang kita kenal yaitu memulai pendidikan dengan menetukan tujuan. Tujuan itu menjadi arah prose belajar mengajar. Tanpa rumusan tujuan yang jelas dalam proses belajar dan mengajar maka kegiatan berlangsung tanpa arah. Itulah sebabnya perlu ada rumusan tujuan pengajaran. Namun mesti dikatakan bahwa sebelum pendidikan modern berusaha merumuskan betapa pentingnya tujuan pendidikan, para reformator gereja juga berusaha merumuskan tujuan pendidikan Kristen. Salah satunya John Calvin, seorang reformator gereja yang terkenal dalam teologi predestinasi yang tentunya mempengaruhi praktik PAK. Salah satu ciri khas Cavin yakni pendidikan Kristen yang bersumber dari Alkitab. Beriut rumusan tujuan oleh John Calvin.





Tujuan Pendidikan Agama Kristen Menurut John Calvin. Bagi mereka yang sedang menyusun skripsi, tesis dan disertasi di sekitar variabel Pendidikan AGama Kristen, pastilah sedang mencari informasi tentang variabel-variabel PAK yang lahir dari pemikiran teologi para reformator dan dipraktikan serta dikembangkan dalam dunia Pendidikan AGama Kristen sepanjang masa. Salah satu reformator yang menaruh perhatian pada Pendidikan AGama Kristen yaitu John Calvin.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Sumber Gambar: Pixabay


Dalam Robert R.Boehlke (1994:414), rumusan John Calvin tentang tujuan Pendidikan Agama Kristen didasarkan pada Efesus 4:11-16, dengan demikian:
tujuan Pendidikan Agama Kristen ialah mendidik semua putra-putri sang Ibu (gereja)agar mereka, - dilibatkan dalam penelaan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kudus, - diajar mengambil bagian dalam kebaktian serta mencari keesaan gereja, - diperlengkapi memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa Yesus Kristus dalam gelanggang pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggungjawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.

Warga Pendidikan Agama Kristen dalam rumusan tujuan John Calvin sudah jelas bahwa mereka yang disebut "Putra dan Putri Gereja, dengan kata lain Calvin hendak menegaskan bahwa mereka yang patut ada dalam proses Pendidikan Agama Kristen yaitu semua orang percaya kepada Yesus Kristus yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dari segala usia. Dikatakan demikian karena Calvin tidak menggolongan berdasarkan umur.
Dalam buku yang saya sebutkan di atas, warga Pendidikan AGama Kristen itu terdiri atas 4 golongan (Boehlke, 1994:415-416), yaitu:

1. Anak didik. Anak didik yang dimaksudkan Calvin pada kelompok pertama kita tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang usia. Artinya yang dimaksud dengan anak didik disini tidak didasarkan pada pengelompokkan usia. Apakah ada garis pemisah yang jelas antara anak-anak dengan kaum muda. Sampai disini, cukuplah dikatakan bahwa kelompok pertama dari para pelajar yang ikut dalam Pendidikan Agama Kristen yaitu "anak didik". Apakah anak didik merupakan sebuah istilah teknis teologis yang dipakai oleh Calvin untuk menunjukkkan siapakan orang percaya di hadapan Allah. Apakah Calvin hendak menyatakan bahwa dengan istilah "anak didik" adalah mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, yang oleh kepercayaan ini mereka mendapat status sebagai "anak" sehingga dalam hubungan dengan Pendidikan Kristen, mereka adalah "anak didik". Boleh jadi kaum muda juga masuk dalam kategori yang pertama. Dalam peraturan gereja seperti yang dikeluarkan Sinode dan kota praja Jenewa tahun 1547, bahwa setiap pendeta melayani jemaat anak-anak melalui katekisasi dan jemaat dewasa yang dilayani melalui kebaktian umum dengan Khotbah.

2. Peserta di sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi
3. Kaum Dewasa
4. Golongan pendeta dan pengajar
Keempat golongan di atas berdasarkan kesimpulan dan disistematisasi oleh penulis. Artinya informasi dalam buku Boehlke memang tidak mengurutkan putra putri gereja yang menjadi warga Pendidikan Agama Kristen dalam urutan 4 kelompok yang saya buat di atas. Walaupun begitu sebutan-sebutan tentang 4 kelompok itu ada dalam uraian Boehlke tentang Tujuan PAK kepada Putra-Putri Gereja.

Terlepas dari urutan-uratan mana yang paling benar dari 4 kategori pelajar yang dikemukakan oleh Cavin, yang olehnya ditujukan pendidikan Agama Kristen yang didasarkan pada tujuan sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, kita melihat terperinci elemen tujuan PAK Menurut John Calvin





Pertam, didikan yang bersumber pada Alkitab. Tujuan rumusan PAK ini tentu sangat jelas. Siapapun yang mengajar putra-putri gereja, maka pengajaran harus diarahkan pada tujuan yaitu mendidik putra dan putri agar melibatkan diri dalam penelaan Alkitab. Putra dan Putri Gereja ilibatkan dalam penelaan Alkitab secara cerdas sesuai bimbingan Roh Kudus. Jadi, tujuan yang pertama yaitu pelajar PAK menelaah Alkitab secara cerdas dalam bimbingan ROh Kudus. Mereka tidak boleh menjadi warga yang hanya mendengarkan tetapi ikut terlibat dalam penelaan Alkitab yang dilakukan secara benar sesuai dengan kaidah-kaidah rasioonal dalam bimbingan Roh Kudus. Istilahnya PA secara cerdas jangan PA asal-asalan.

Kedua, diajar mengambil bagian dalam kebaktian dan mencari keesaan gereja. Pengajar PAK harus berusaha untuk membimbing putra-putri gereja agar ikut dalam kebaktian, mereka yang tidak megikuti ibadah terkena disiplin. Putra Putri gereja harus ikut kebaktian pada hari Minggu dan hari-hari lainnya. Selain itu, putra dan putri gereja diajar untuk mempersatukan gereja (keesaan gereja) dan bukan meisahkan gereja, memecahkan gereja dan mendirikan gereja baru.
Ketiga, diajar untuk diperlengkapi memilih cara-cara atau metode-metode mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari. Tujuan PAK yang berikut yaitu mengajarkan peserta didik dalam PAK untuk menghidupi isi imannya dalam kehidupan sehari-hari (menguduskan diri setiap hari), melakukan perbuatan baik agar nama Bapa dipermuliakan.

Keempat, bagian terakhir dari rumusan tujuan PAK oleh Calvin yaitu, para pelajar hidup bertanggungjawab dibawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus. Bagian ini menunjukkan teologi John Calvin yang berporos pada kedaulatan Allah, teologi yang melatar belakangi rumusan ini yaitu teologi yang berporos kepada Allah, sementara Marthin Luther, teologinya berporos pada Kristus. Dalam rumusan tujuan ini, Calvin menekankan tentang kedaulatan Allah atas kepercayaan akan keselamatan yang dijalani dalam kehidupan sehri-hari, Allah dalam kedaulatan-Nya telah memilih sebagian orang untuk menjadi pelajar Pendidikan Agama Kristen. kehodupan yang dijalani sebagai orang yang diselamatkan adalah kehidupan karena predestinasi yang didasarkan pada kedaulatan Allah. Perhatikan ungkapan "mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus (Predestinasi). Kita tidak tahu siapa yang dipredestinasikan dalam konteks pelajar Pendidikan Agama Kristen. Mereka yang mengikuti PAK adalah mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus, saya menyebutnya dengan ungkapan: "Predestinasi dalam warga Pendidikan Kristen".
Bila ada yang hendak meneliti maka silakan saja dengan rumusan variabel: "Predestinasi dalam Para Pelajar Pendidikan Agama Kristen" dan variabel lainnya.

John Calvin mempunyai katekismus Jenewa, katekismus ini disusun oleh Calvin, didalam katekismus ini salah satunya mengisahkan tentang perlunya anak-anak dididik secara benar dalam ajaran Kristen. Di buka sekolah-sekolah seperti di Jenewa mulai dari taraf sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Misalnya tahun 1559 dibuka akademi yang mempersiapkan pemimpin-pemimpin masyarakat, khususnya pelayanan gereja. Ada sekolah yang disebut schola privata atau sekolah persiapan dan Schola publica yang merupakan kombinasi SMA kelas III dan perguruan tinggi (Ibid,416)
Untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang dirumuskan John Calvin, ada pengajar Pendidikan Agama Kristen yang berusaha bersama para pelajar dalam mencapai tujuan PAK.

Para Pengajar Pendidikan Agama Kristen terdiri dari:

1. Pengajar paling utama yaitu Allah. Allah adalah pengaar utama dan pertama. Penekanan ini dipengaruhi oleh pemahaman teologi Cavin tentang kedaulatan Allah. Dengan begitu, tidak heran bila Cavin menempatkan bagian utama dan pertama dalam hal pengajar yaitu TUHAN Allah. Berdasarkan penekanan ini, Calvin menyatakan bahwa para pengajar ditugaskan melayani firman Allah, bahkan Calvin dikenal sebagai "Pelayan Firman Allah" (Ibid, 417). Di daerah saya, ada yang mendapat pelatihan khusus selama 1 tahun dalam bentuk sekolah dan mereka kemudian ditabiskan menjadi pelayan firman Tuhan dengan gelar PFA dibelakang nama mereka, misalnya John Muanley, PFA.

Kita mengenal Tuhan melalui firman TUHAN maka sebenarnya kita adalah pelayan firman Allah. Oleh karena kita adalah pelayan firman Allah maka perlu mengajarkan isi Alkitab secara benar kepada peserta didik dalam Pendidikan Agama Kristen. Allah mengajar melalui firman-Nya (Alkitab sebagai firman tertulis).

2. Pendeta sebagai guru. Ketika pendeta memberitakan Firman Allah maka ia bertindak sebagai seorang guru. Jabatan ini adalah mereka yang melakukan pemberitaan firman Allah di gereja melalui khotbah. Dalam hal ini seseorang bertindak sebagai guru. Maksudnya seorang pelayan yang melayani Jemaat Melalui Pemberitaan Firman maka ia bertindak sebagai guru.
3. Mereka yang dipersiapkan di akademi atau perguruan tinggi untuk menjabat sebagai guru
4. Gereja. Gereja adalah pengajar bagi warganya.(Ibid, 419)

Semoga bermanfaat

Salam
Pendidikan Kristen yang belajar dari Yusuf dan Maria

Pendidikan Kristen yang belajar dari Yusuf dan Maria

Artikel Ilmiah Ulsan Teologis Matius 1:18 Model APA: Oleh Yonas Muanley.
Telah diterbitkan di: https://metodepenulisankaryailmiah.blogspot.com/2020/01/artikel-ilmiah-ulasan-teologis-matius.html
Teks uraian Matius, 1:18.

Mat. 1:18. Bertunangan. Menurut Kebiasaan Yahudi zaman itu, seorang gadis dipertunangkan dengan seorang pria oleh orangtua ataupun walinya. Pria itu wajib membayar mas kawin kepada ayah/wali gadis itu sebagai kompensasi. Sejak saat itu gadis tersebut berada dalam kuasa tunangannya yang dipandang sebagai baal, artinya tuan/suami (bdn. Hos. 2:18-19). Bila gadis yang sudah bertunangan itu bersetubuh dengan pria lain, ia dipandang sebagai pezina, sehingga harus dihukum sesuai dengan Ul. 22:23-27 ataupun diceraikan dan diberi surat cerai. Sejak saat itu pula ia berstatus janda (Stefan Leks, 2002:22-23).
“Menurut Mat. 1:18-25, Yusuf atau Yosef dan Maria sudah bertunangan, sehingga tinggal diadakan upacara pernikahan saja. Maria tinggal di rumah orangtuanya, sedangkan Yusuf atau Yosef mengunjunginya sewaktu-waktu saja. Yusuf 1:18 Dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin, nama ini berbunyi Yosef. (Stefan Leks, 2002:23).





“Sebelum mereka hidup sebagai suami istri Mat. 1:18- Maria mengandung sebelum secara resmi ia dibawa oleh Yosef ke rumahnya (ay. 24). Dalam teks asli tidak tertulis sebelum mereka hidup sebagai suami istri, tetapi sebelum mereka kumpul/tinggal bersama. Ungkapan ini searti dengan “nikah secara resmi”. (Stefan Leks, 2002:24).
Mengandung dari Roh Kudus Mat. 1:18. Roh Kudus menghidupkan, bahkan member kehidupan baru. (Stefan Leks, 2002:24). Allah adalah penyebab kehidupan putra-Nya sebagai manusia. Dengan cara ini terungkaplah ikatan mendalam antara yang ialhi dengan yang manusiawi. Keterlibatan Allah dalam peristiwa terkandungnya Yesus ini tidak dapat dan juga tidak mau dijelaskan ataupun dianalisis lebih lanjut oleh Matius. Maria mengandung karena Allah sendiri melalui Roh Kudus-Nya. Roh Kudus menyebabkan Maria mengandung. Roh Kuduslah prinsip vitalitas, kuasa yang menghidupkan dalam diri insane yang hidup. (Stefan Leks, 2002:24).
Yusuf, suaminya 1:19- Sebelum hidup bersama, para tunangan secara resmi dipandang oleh masyarakat Yahudi zaman itu sebagai suami dan istri. Ikatan mereka hanya dapat disudahi lewat keputusan hokum (Stefan Leks, 2002:25).
Tulus hati Mat. 1:19 – Ungkapan tulus hati mengalihbahasakan kata Yunani dikaios yang searti dengan “benar”. Kata “tulus hati” mengandung beberapa pengertian:

a) Yusuf amat setia kepada Hukum yang mengizinkannya menceraikan Maria dalam kasus zina;
b) Yusuf begitu baik, sehingga tampaknya tidak samapai hati menceraikan Maria;
c) Yusuf yakin bahwa Maria tidak bersalah, sehingga ia rela meninggalkannya tanpa proses hukum;
d) Yusuf tidak berani menjadi ayah bagi Putra Allah
Perlu diketahui bahwa kata Yunani “dikaios” yang dipakai Matius di sini, pada umumnya dikaitkan dengan pelaksanaan Hukum (Mat. 9:13; 13:17; 23:29), bukan dengan kelakuan moral manusia. Dilihat dari sudut ini, Yusuf tidak tulus hati, seandainya ia menceraikan Maria, apalagi secara diam-diam. Maka, diduga bahwa Yusuf disebut “tulus hati” , karena ia tahu bahwa Maria tidak bersalah, namun ia tetap merasa tidak pantas menjadi ayah bagi anak Maria, sebagaimana dapat disimpulkan dari ayat-ayat selanjutnya. (Stefan Leks, 2002:25).

Tidak mau mencemarkan nama. Mat. 1:19 – Seandainya Yusuf mendakwa Maria sebagai pezina, maka Yusuf pasti akan mencemarkan nama Maria. (Stefan Leks, 2002:25).
Bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Mat. 1:19. Perceraian diam-diam tidak dibenarkan oleh satu nas PL pun. Justru supaya sah, perceraian harus dikukuhkan dengan surat resmi (Ul. 24:1). Menurut sejumlah ahli, ungkapan diam-diam tidak searti dengan “tanpa saksi-saksi” tetapi “tidak memperkarakan di muka pengadilan, atau “tanpa membuat pernyataan macam-macam tentang perkara itu. Yusuf tidak mau menuduh Maria sebagai pezinah dan penyebab dibatalkannya pernikahan dengannya. (Stefan Leks, 2002:25-26).
Malaikat Tuhan. Mat. 1:20. Dalam PL, ungkapan malaikat Tuhan diterapkan pada Allah sendiri (Kej. 16:7,13; Kel. 3:2) yang bertindak dalam hidup dan sejarah manusia. Malaikat Tuhan datang kepada manusia pada saat-saat yang sangat menentukan dalam rencana Allah. Malaikat Tuhan jangan disamakan dengan para malaikat yang sering disebut dalam KPR. (Stefan Leks, 2002:27).

Dalam mimpi 1:20- Orang-orang zaman kuno berpendapat bahwa mimpi adalah salah satu cara manusia dapat berkomunikasi dengan dunia yang tidak kelihatan. Manusia modern suka menyibukkan diri dengan mimpi juga, tetapi mementingkannya sebagai gambaran ttg masa lampau atau masa sekarang. Bangsa Yahudi biasa memandang mimpi sebagai tanda mengenai masa yang akan datang. (Stefan Leks, 2002:22-27).

Mimpi dalam arti penerangan ilahi/wahyu, mimpi penglihatan ataupun mimpi nubuat, disebut dalam Injil Matius. Mimpi ini hanya disinggung dalam Injil Matius 1:20; 2:12-13, 19-22. Mimpi istri Pilatus, 27:19. Injil Matius paling dipengaruhi oleh mentalitas Yahudi. Dalam tulisan-tulisan para rabi Yahudi, mimpi berperanan cukup penting. (Stefan Leks, 2002:27).
Anak Daud 1:20 – Yusuf disapa oleh Malaikat Tuhan sebagai anak Daud. Sapaan ini langsung menunjukkan bahwa tujuan kedatangan Malaikat itu satu saja, yaitu meyakinkan Yusuf bahwa ia seharusnya mengadopsi Yesus dan dengan demikian menjamin statusnya sebagai putra Daud. (Stefan Leks, 2002:27).
Jangan engkau takut. 1:20 – Seandainya Yusuf yakin bahwa Maria bersalah (karena berzinah), maka teguran malaikat ini sungguh tidak bermakna. Tetapi seandainya Yusuf yakin bahwa Maria sama sekali tidak bersalah, maka teguran ini memang pada tempatnya. Yusuf segan, takut memperistri Maria, sebab ia tahu bahwa buah rahimnya berasal dari Allah. Yosuf tidak mau terlibat dalam perkara yang melampaui pengertiannya dan merupakan baginya sebuah teka teki yang tidak terpecahkan. (Stefan Leks, 2002:27).
Mengambil Maria sebagai istrimu 1:21. Malaikat Tuhan memikirkan tahap terakhir pertunangan, yaitu saat sang suami menjemput istrinya ke dalam rumahnya (Stefan Leks, 2002:28).
Menamakan dia Yesus. 1:21. Yusuf diminta oleh Malaikat memberi nama (= mengakui secara resmi) kepada anak itu. Dan memasukan dalam garis keturunan Daud dengan memberi nama kepadanya. (Stefan Leks, 2002:28). Dalam 1:21 pemberian nama kepada anak adalah hak utama ayah. Dengan cara itu, Yusuf mengakuinya sebagai anaknya sendiri (bnd. Kej. 17:19; I Taw. 22:9; Yes. 8:3). Dengan member nama kepada Yesus, Yusuf dengan sendirinya mengadopsi-Nya pula. Nama yang sebelumnya sudah ditentukan oleh Allah mengacu kepada misi yang akan diemban oleh anak yang diberi nama tertentu. (Stefan Leks, 2002:28)
Yesus 1:21- Dalam bahasa Ibrani, nama Yesus berbunyi Yesyua (bentuk singkat dari Yehosyua); artinya: Tuhan menyelamatkan kita. (Stefan Leks, 2002:29)

Akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (1:21). Menurut PL, Allah yang menyelamtkan umat-Nya (Hosea, 1:7). Mazmur 130:8 penyelamatan adalah pembebasan dari dosa-dosa, penghapusan dosa dan sekaligus peniadaan segala rintangan yang mengganggu relasi Allah dengan manusia. Misi Yesus sebagai Juru Selamat diperkenalkan dalam Matius 9:2-6, tetapi khusus lewat darah yang ditumpahkan-Nya demi pengampunan dosa (26:28)

Mereka akan menamakan Dia Imanuel 1:24. Hampir ayat 23 merupakan kutipan dari Yesaya 7:14. Matius mengutipnya menurut terjemahan Yunaninya. Mereka akan menamakan dia imanuel
Menamakan dia imanuel menegaskan bahwa yang memberi nama Imanuel bukan oleh Yusuf tetapi oleh mereka. (Stefan Leks, 2002:31)
Kata Ibrani Immanu El searti dengan “Allah menyertai kita.” (Stefan Leks, 2002:31)
Sesudah bangun 1:24. Maksudnya kiranya keesokan harinya.
Mengambil Maria sebagai istri 1:24 – Kata yang sama muncul dalam 1:20 di atas. Yusuf mengambil, artinya menerima “Maria” (dalam rumahnya) sebagai istri. (Stefan Leks, 2002:32)

Salam