Tujuan Pendidikan Agama Kristen

Revisi 6/8 2019

Pendidikan Kristen dilaksanakan di sekolah memiliki tujuan yang jelas. Tujuan PAK bukanlah pergumulan kini tetapi berlangsung dalam sejarah keKristenan. Di mana ada komunitas Kristen di sana berlangsung proses pergumulan itu. Itulah sebabnya maka kita menemukan banyak rumusan tujuan tentang PAK.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen dari masa ke masa mengalami perkembangan, khususnya dalam rumusan tujuan Pendidikan Agama Kristen. Ada banyak formula atau rumusan tujuan pendidikan Kristen yang dikemukakan pendidik Kristen (ahli praktika maupun dogmatika/teolog). Formula-formula itu tidak dapat dideskripsikan secara menyeluruh dalam postingan ini, disini hanya dikemukakan beberapa formula rumusan tujuan Pendidikan Kristen.







Marthen Luther dalam Boehlke (2002:340) memang tidak memakai istilah tujuan pendidikan Kristen karena istilah ini dipakai secara teratur setelah pokok pendidikan itu dijadikan sebagai ilmu tersendiri. Akan tetapi dari karya dan perhatian Luther terhadap pendidikan maka dapat dirumuskan tujuan pendidikan Kristen menurut Marhin Luther yaitu menyadarkan anak didik dan orang dewasa tentang keadaan mereka yang sebenarnya, yaitu mereka orang berdosa. Maka setiap warga harus bertobat dan berseru kepada Allah agar diampuni. Dengan kata lain, tujuan pendidikan Kristen menurut Marhin Luther yaitu melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka di samping memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa, Firman tertulis, Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian secara bertanggungjawab dalam persekutuan kristen yaitu Gereja.

Menurut Calvin, pendidikan Kristen adalah proses pemupukan akal orang-orang percaya dengan Firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja sehingga di dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang diaplikasikan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Yesus Kristus, berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya

Berdasarkan pemahaman Calvin tentang pendidikan Kristen maka menurut John Calvin, tujuan Pendidikan Kristen adalah mendidik semua warga gereja agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kudus, diajar mengambil bagian dalam kebaktian serta diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudkan suatu pengabdian diri kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan mereka sehari- hari, serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah, demi kemuliaan namaNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen Menurut John Calvin

Tujuan utama Pendidikan Kristen ialah membawa peserta didik untuk mengalami perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, hidup dalam keataatan serta mampu mempraktekkan imannya dalam kehidupan sehari hari.
Selain tujuan di atas, ada pula tujuan pendidikan Kristen di sekolah diselenggarakan dengan arah yang jelas. Arah itu disebut dengan tujuan. Ada tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Kristen di sekolah. Dalam konteks ini, ada beragam pandangan tentang tujuan pendidikan di sekolah. Pembahasan ini sengaja dipisahkan dengan tujuan pendidikan Kristen menurut Kurikulum Pemerintah karena di dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan tujuan pendidikan Kristen mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan “Standar Kompetensi” dan “Kompetensi Dasar” serta indikator-indikatornya. Dengan demikian pembahasan tujuan pendidikan Kristen dalam bahasan ini hendak mengemukakan beragama pandangan tentang pendidikan Kristen kemudian pada pokok “pendidikan Kristen di Sekolah sesuai Kurikulum Pemerintah RI, akan dibahas tujuan pendidikan Kristen di sekolah berdasarkan rumusan tujuan atau standar kompetensi yang dikeluarkan pemerintah. Dan sejauh mana isi kurikulum itu mempengaruhi siswa Kristen terhadap berbagai gerakan, khususnya “Gerakan Zaman Baru”.
Pendidikan Kristen di sekolah bukanlah semata-mata untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan, tetapi lebih jauh dari pada itu. Lewat Pendidikan Kristen siswa diharapkan dapat berkembang terus dalam pemahaman tentang Allah dan menolong mereka supaya dapat hidup sebagai murid-murid Kristus.

Jadi, pendidikan Kristen di sekolah adalah sebuah alat strategis dalam pembentukan iman dalam arti yang sesungguhnya, terutama di dalam menghadapi heterogenitas masyarakat Indonesia. Untuk itulah bahwa Pendidikan Kristen harus dikelola secara sungguh-sungguh. Peserta didik yang telah mengikuti pengajaran Kristen mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi diharapkan menjadi bekal utama dalam hidupnya. Faktor yang amat penting dalam mencapai keberhasilan Pendidikan Kristen di sekolah ialah guru Pendidikan Kristen. Oleh karena itu seorang guru Pendidikan Kristen dalam memenuhi panggilannya haruslah terus memperlengkapi diri agar menjadi alat yang berguna ditangan Tuhan. Guru bertanggung jawab kepada Tuhan, kepada sekolah, kepada gereja dan kepada masyarakat. Pendidikan Kristen haruslah dapat membawa peserta didik menjadi pribadi yang terbuka dan mampu hidup ditengah-tengah kemajemukan masyarakat, baik agama, suku ras maupun golongan.

Pendidikan Kristen tentang Filsafat yang berdoa

Dinamika Pendidikan AGama Kristen dari perspektif filsafat yang berdoa. Lalu apa dan Bagaimana Filsafat yang BerDOA. Jawabannya kita mulai dengan doa kemudian dalam postingan berikutnya kita bahasa filsafat yang berdoa.
Definisi Doa dalam Kamus
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, doa adalah suatu permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa adalah permohonan untuk mengharap, memuji, meminta sesuatu kepada Tuhan.
Doa Dalam Alkitab
Doa adalah kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah.
Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa.
Doa adalah percakapan yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Dalam pengertian ini bila seseorang tergerak berdoa maka Allah telah menyentuh rohnya. Doa demikian bukanlah suatu `tanggapan wajar dari manusia`, karena `apa yang dilahirkan dari daging dalah daging` (Yoh. 4.24). Sebagai akibatnya , Tuhan tidak `mengindahkan` setiap doa (Yes. 1.15, 29.13).
Alkitab mengajarkan bahwa doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.(Ensiklopedia, 1979:249)
Doa juga adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan dengan, atau tanpa perkataan. Percakapan antara Allah dan manusia diberitakan dalam Perjanjian Lama.
Kita dapat melihat dalam Doa Abraham, Kejadian 15:1-6. Musa, Keluaran 3:1-4.; 33:11. Para Nabi, 1 Samuel 3:4-9.
Doa dalam Perjanjian Lama mencakup permohonan, syafaat, pengakuan dan pengucapan syukur.
Doa dalam Perjanjian Lama ditentukan jam-jam dan hari-hari tertentu. Dalam Perjanjian Baru, Yesus yang sering berdoa kepada Bapa-Nya dan mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya (Mat. 6:9-13, Luk 11:2-4).
Doa juga dibicarakan dalam surat-surat kiriman para rasul yang mengajarkan bahwa doa kepada Allah dilakukan melalui Kristus (Rom. 1:8).
Dalam hal ini, doa dalam Perjanjian Baru mencakup pujian (Kis. 2:47). Pengucapan syukur (1 Kor. 14:16-17) dan permohonan (Fil. 4:6). Doa tidak dipandang memaksa Allah untuk bertindak tetapi tetapi sebagai memohon agar jadilah kehendak Allah dan datanglah kerajaan-Nya atau datanglah kerajaanMu sebagaimana muncul dalam doa Bapa Kami (Mat.6:9-10)

Doa Dalam Komunitas Perjanjia Lama

Pertama, komunitas Peranjian Lama yang penulis maksudkan yaitu pada zaman para Bapak Leluhur. Pada zaman bapak leluhur doa adalah menyeru nama Tuhan (Kej. 4.26….) yakni Nama yang kudus itu disebut dalam doa atau permohonan. Karena itu ada hubungan langsung dan keakraban dalam doa (Kej. 15.2). doa juga dihubungkan erat dengan persembahan korban (Kej. 13.4….)
Kedua, Komunitas Peranjian Lama pada Zaman pra Pembuangan. Pada zaman pembuangan salah satu tekanan utama doa ialah syafaat, memang syafaat juga telah ada pada zaman bapak leluhur (Kej. 18.22). Syafaat khususnya penting dalam doa-doa Musa (Kel. 32….) sebagian besar umumnya adalah doa syafaat, seperti halnya dengan doa-doa Harun, Samuel, Salomo dan Hizkia.
Kesimpulannya agaknya demikian , bahwa syafaat itu agaknya terbatas pada orang-orang penting, yang oleh kedudukannya yang diberikan oleh Allah kepada mereka apakah sebagai nabi, imam atau raja, memiliki kekuasaan khusus dalam doa sebagai pengantara Allah dan manusia.
Ketiga, Doa pada Zaman pembuangan. Selama masa pembuangan factor penting dalam agama orang Yahudi ialah munculnya rumah sembahyang (sinagoge). Bait suci di Yerusalem telah menjadi puing, dan upacara-upacara di mezbah serta korban-korban tak dapat dilayankan di Babel yang tidak suci itu. Seorang Yahudi kini tidak lagi orang yang telah dilahirkan dalam persekutuan dan menetap di situ, tapi lebih berwujud seseorang yang memilih menjadi Yahudi. Pusat umat beragama ialah rumah sembahyang, dan diantara kewajiban keagamaan yang diterima seperti sunat, berpuasa dan pemeliharaan sabat, maka doa menjadi penting.
Keempat, Doa pada Zaman setelah pembuangan. Doa ini dapat kita lihat dalam (Ezr.7.27…). doa-doa mereka juga mengandung pelajaran (Ezr.9.6-15…) . (Mzm.55.17, Dan. 6.10).

Menalar tentang filsafat yang berdoa memang begitu mealtih pikiran untuk bertumpu pada pemberi pikiran. Dalam terminologi Kristen mempertanggungjawabkan peta dan gambar Allah. Demikianlah filsafat yang berdoa
Lalu kapan kita menemukan filsafat yang berdoa?

Paulus sebagai Model untuk Diteladani: Sebuah Kontribusi Pendidikan Karakter

Sumber: Pixabay

Para penafsir dalam kelompok ini di samping setuju bahwa Paulus mempresentasikan hidupnya untuk bersaksi mengenai kuasa injil yang mengubahnya (pandangan kedua di atas), namun mereka lebih menekankan mengenai dimensi lain dari potret diri Paulus dalam Galatia 1-2. Para penafsir ini berargumentasi bahwa Paulus mempresentasikan narasi autobiografisnya dalam bagian ini sebagai sebuah model atau teladan untuk diimitasi oleh jemaat di Galatia. Itulah sebabnya, Paulus mempresentasikan berbagai kualitas yang mesti diteladani oleh jemaat Galatia dari kehidupannya:
·         Kesetiaan terhadap injil dan daya tahan menghadapi tekanan;
·         Respons yang utuh terhadap injil dan komitmen terhadap klaim-klaim eksklusifnya;
·         Tidak berpusat atau menetap dalam satu wilayah saja melainkan mengadakan ekspansi bagi injil;
·         Berupaya menyenangkan Tuhan ketimbang menyenangkan manusia;
·         Tidak lagi bergantung atas ketaatan legalistik terhadap Taurat tetapi kebebasan injil; 
·         Integritas personal dan sikap yang konsisten; dan
·         Kehidupan yang merefleksikan karakter injil.
Beberapa penafsir dari kelompok ini melihat adanya paralel antara aspek-aspek tertentu dari pengalaman Paulus (tekanan-tekanan yang dihadapinya) dan situasi yang dihadapi oleh para pemimpin jemaat di Galatia. Mereka menganggap bahwa beberapa bagian dari narasi Paulus mestinya dilihat sebagai analogi-analogi deliberatif atau dramatisasi dari krisis yang terjadi di Galatia. Perlu dicatat bahwa pandangan ini menjadi semakin variatif dengan adanya upaya untuk membandingkan Galatia 1-2 dengan tulisan-tulisan autobiografi yang terdapat dalam lingkungan Greco-Roman (Mis P. Koptak, 1990)
Implikasinya bagi kehidupan Kristen masa kini. PertamaSeorang pendidik Kristen, nara didik Kristen, warga Kristen perlu membangun kesetiaan terhadap Injil dan daya tahan menghadapi tekanan karena Injil Yesus Kristus. Kedua, Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan respons yang utuh terhadap injil dan komitmen terhadap klaim-klaim eksklusifnya. Ketiga, Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan keberadaannya tidak berpusat atau menetap dalam satu wilayah saja melainkan mengadakan ekspansi bagi injil. Keempat, Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan upaya menyenangkan Tuhan ketimbang menyenangkan manusia. Kelima, Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan sikap tidak lagi bergantung atas ketaatan legalistik terhadap Taurat tetapi kebebasan injil. Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan Integritas personal dan sikap yang konsisten; dan Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan kehidupan yang merefleksikan karakter injil.
Selamat meneladani kehidupan Paulus
Salam Yonas Muanley



Pendidikan Agama Kristen Tentang Surat Kolose

Pendidikan Agama Kristen Tentang Surat Kolose

Revisi 6/8 2019

Standar Kompetensi Pendidikan Agama Kristen tentang Surat Kolose yaitu para pembaca mampu menjelaskan, menganalisis dan Kitab Kolose dari segi penulisan sampai kepada garis besar surat Kolose dan menerapkannya dalam pelayanan kependidikan Gereja di Gereja (Katekisasi, SM, dan di Sekolah Formal: SD, SMP, SMA/SMU/SMTK dan PT.
Kompetensi Dasar (Pokok-pokok Pembahasan)
Apa dan bagaimana Pendidikan Kristen menurut Kolose 1:15-23 maka penting untuk memahami beberapa kompetensi dasar tentang surat Kolose. Kompetensi Dasar yang dimaksud yaitu menjelaskan beberapa pokok berikut: penulis surat Kolose, tujuan penulisan, penerima surat Kolose, pendiri jemaat Kristen di Kolose, tema kita kolose, muatan teologis kitab kolose, ciri-ciri kitab Kolose, Garis besar kitab Kolose.

Kompetensi Dasar 1. Mampu menjelaskan tahun penulisan Kitab Kolose
Menurut Robert G. Bratcher dan Eugene A. Nida, Surat kepada jemaat di Kolose di tulis oleh Rasul Paulus ketika ia berada dalam penjara (4;3,18). Pada waktu itu Rasul Paulus ditemani oleh Timotius (1:1) dan enam orang rekannya yang lain, yaitu Aristarkhus, Markus, Yesus (yang digelari Yustus, jadi bukan Tuhan Yesus), Epafras, Lukas dan Demas (4:10-14). Mereka turut berkirim salam kepada jemaat di kolose. Bersma Onesimus yang berasal dari Kolose. Tikhikus mengantar surat ini disertai pesan pribadi Rasul Paulus kepada Arkhipus (4:7-9,17).

Kompetensi Dasar 2. Mampu menjelaskan ahun Penulisan kitab Kolose
Mengetahui tahun penulisan sebuah kitab dalam Alkitab dapat membantu untuk memahami isi kitab tersebut. Dalam hal ini usaha memahami tahun penulisan surat Kolose membantu untuk memahami apa yang dimaksudkan Paulus dalam surat Kolose. Ini berarti usaha memahami isi Kolose 1:15-23 tidak dapat dipisahkan dari usaha mengetahui tahun penulisan kitab Kolose.

Sabda Tuhan berlangsung dalam dimensi kultural manusia. Maksudnya bahwa Allah berfirman melalui karya tulisan seorang Rasul yaitu Paulus. Tahun penulisan, Kolose ditulis tahun 60-61 saat pemenjaraan yang pertama oleh Roma. Yang kemudian diberi catatan bahwa “mungkin ditulis pada waktu Paulus pertama kali dipenjarakan, tahun 57-59, di Kaiserea sebagaimana Nampak dalam informasi di Kisah Para Rasul 23:23-26:32), atau lebih awal lagi pada tahun 53 – 55 di Efesus (Kis. 19:1-20:1). Sedangkan dalam wikipedia dinyatakan bahwa surat ini diyakini ditulis pada musim panas (antara bulan Juni-September) tahun 58 M. Pendapat lain memberi perkiraaan tahun 57-59 atau tahun 56-58 M.(Wikipedia.org)
Kompetensi Dasar 3. Mampu menganalisis penerima Surat Kolose

Jemaat di Kolose sebagian besar terdiri dari orang-orang non-Yahudi (Kis 1:21). Dengan kata lain, surat ini ditujukan kepada orang Kristen di Kolose, sebuah kota yang terletak di sebuah propinsi, yang pada waktu itu dikenal sebagai propinsi Asia.Propinsi ini termasuk dalam wialyah kekaisaran Roma (dengan efesus sebagai ibukotanya). Kota Kolose terletak di Lembah Likus, kira-kira 175 kilometer di sebelah timur Efesus, atau kira-kira 17 kilometer di sebelah timur Laodikia dan 20 kilometer di sebelah tenggara Hieropolis sebagaimana yang disebut dalam surat Kolose (2:1, 4:13, 15-16). Paulus tidak ikut memulai pelayanan Kristen di Kolose (1:4, 2:1). Pelayanan di Kolose dimulai oleh Epafras (1:7) yang berasal dari daerah itu (4:12). Pada waktu surat Kolose ditulis, Epafras ada bersama dengan Rasul Paulus (4:12-13). Epafras juga ikut melayani di Laodokia dan Hierapolis (4:13).

Kompetensi Dasar 4. Mampu berargumentasi tentang siapa pendiri Jemaat Kristen di Kolose
Kolose adalah kota kecil di tepi sebuah jalan raya Roma di lembah Lycus, sekitar 160 km di sebelah timur ibu kota propinsi di Efesus. Dalam Kolose 2:1 menegaskan bahwa Paulus belum mengunjungi Kolose, tetapi gereja di situ mungkin didirikan sebagai hasil pelayanannya yang lebih luas.
Dalam Kisah 2:10 disebutkan mengenai orang-orang dari Frigia yang menghadiri perayaan Hari Pentakosta di Yerusalem. Pada peristiwa itu, Petrus berkhotbah dan ribuan orang bertobat. Bisa jadi, di antara orang-orang yang bertobat itu adalah orang-orang dari Frigia (bnd. Kis. 2:41). Frigia pada masa itu adalah sebuah wilayah yang di dalamnya terdapat tiga kota yang terkenal: Kolose, Loadikia, dan Hierapolis. Apakah Injil masuk ke Kolose yang merupakan salah satu kota dalam distrik Frigia melalui orang-orang Frigia yang bertobat pada hari Pentakosta? Jawabannya bisa kita simpulkan dari beberapa rujukan berikut ini.

Pertama, dalam Kisah 2:10, hanya disebutkan secara umum mengenai kehadiran orang-orang dari Frigia dan bisa diasumsikan bahwa mereka termasuk orang-orang yang bertobat pada saat Petrus menantang mereka untuk percaya kepada Tuhan Yesus.

Kedua, karena perayaan itu adalah perayaan Yahudi, maka kita bisa mendeduksi bahwa orang-orang Frigia yang hadir pada waktu itu adalah orang-orang Yahudi. Lukas sendiri menulis bahwa pada waktu itu “orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit” dan orang-orang Yahudi dari sejumlah wilayah yang ikut hadir dalam perayaan Pentakosta sebagaimana yang disaksikan dalam Kisah 2:5, 9-11.
Ketiga, bila perayaan ini harus dihadiri oleh orang-orang Yahudi dari berbagai tempat . Sangat mungkin bahwa di antara orang-orang Yahudi asal Frigia yang hadir pada peristiwa Pentakosta itu di antaranya termasuk orang-orang Yahudi yang berasal dari kota Kolose.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bahwa orang-orang Yahudi asal Frigia itu termasuk di dalamnya adalah orang-orang Yahudi asal Kolose, mendengarkan Injil dan bertobat. Dan inilah yang menjadi asal usul masuknya Kekristenan ke kota Kolose. Namun, karena ketidakjelasan mengenai kehadiran orang-orang Yahudi asal Kolose [Lukas hanya menyebutkan mengenai kehadiran orang-orang Frigia secara umum], maka kita harus mempertimbangkan kesimpulan yang kedua, yaitu kesimpulan minimalis. Kesimpulan minimalis yang dimaksudkan adalah bahwa orang-orang Frigia yang bertobat itu pulang ke daerahnya dan memperkenalkan Injil kepada orang-orang di wilayah tersebut. Berangkat dari kesimpulan minimalis ini, tidak jelas apakah jemaat di Kolose berdiri karena pemberitaan Injil oleh orang-orang Frigia yang kembali dari Yerusalem itu atau tidak. Namun sangat kuat kemungkinan bahwa Kekristenan bukan lagi sesuatu yang asing bagi orang-orang di Kolose. Dan bisa jadi, hal ini mempersiapkan mereka untuk menerima pemberitaan Injil yang dilakukan oleh pihak lain.

Kompetensi Dasar 5. Mampu merumuskan apa tema Kitab Kolose

Tema utama dalam kitab Kolose adalah “Keunggulan Kristus”. Susunan surat ini mengikuti pola Paulus yan sudah dikenal yang di dalamnya terdapat bagian doktrin (yang harus dipercayai) yang dilanjutkan dengan nasehat (bagaimana harus bertindak). Untuk melawan ajaran palsu. Paulus menekankan sifat agung dari ke-Tuhanan Yesus Kristus serta maknanya bagi orang-orang yang telah dipersatukan dengan Dia. Sebagai Tuhan atas ciptaan, Yesus merupakan wujud Tuhan yang sempurna; selaku Kepala Gereja dan Pendamai umat-Nya. Dia secara efektif menjadi perantara melalui penebusan dosa untuk menghubungkan manusia dengan Allah (1:15-22; 2:9). Untuk membuktikan bahwa Yesus saja cukup sebagai satu-satunya Tuhan dan Penebus (berlawanan dengan Gnostik yang menggantinya dengan disiplin-disiplin yang diharapkan dapat menebus dan suatu pleroma (pemenuhan) atau kelimpahan kekuatan yang menjadi perantara). Paulus menekankan kedua aspek dari watak Kristus tersebut.
Yang penting dalam hal ini ialah konsep mengenai tubuh Kristus yang pasti cukup dikenal jemaat di Kolose (1:18, 24; 2:17; 3:15). Hubungan yang misterius dan unik ini, yang terpisah dari hubungan yang lain, menjadikan anathema (kutuk) suatu keyakinan atau praktik yang menggantikan kedudukan sentral Yesus sebagai Penebus dan Penyempurna umat-Nya. "Tubuh Kristus" merupakan sebuah tema yang tertanam sangat dalam di dalam sub-struktur teologi Perjanjian Baru. Sebagian orang berusaha menemukan asal-usulnya di dalam pemikiran Paulus, tetapi mungkin akar-akarnya terdapat dalam ajaran Tuhan sendiri (bdg, Markus 14:58; Yohanes 2:19-22;). Anggota persekutuan yang dipandang sebagai bagian dari tubuh merupakan suatu kiasan yang asing di dunia Yunani, misalnya di kalangan Stoa. Sekalipun demikian, pemakaian gambaran ini oleh Paulus lebih daripada sekadar kiasan dim harus dipahami di dalam kerangka konsep Ihrani yang kuno dan realistis tentang solidaritas bersarna.

Di dalam surat Kolose Kristus diumpamakan sebagai "kepala" dari tubuh, gambaran ini menunjukkan penekanan di dalam surat-surat Paulus tentang hubungan yang akrab antara Kristus dengan umat-Nya dan hukan hanya suatu perkembangan yang sudah lama dari konsepnya yang terdahulu.
Konsep mengenai Kristus sebagai Kepala (kephale) Gereja disamakan dengan konsep dalam I Korintus 11:3, "Kepala dari tiap-tiap laki-laki." Lebih spesifik lagi: "Suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh" (Efesus 5:23). Gambaran tentang "Kepala" yang berkenaan dengan Kristus dan Gereja. harus dipahami dengan analogi suami-istri. Gambaran ini mengungkapkan kesatuan Kristus dengan Gereja. sebab suami dan istri adalah "satu daging." Tetapi yang lebih penting lagi gambaran ini melukiskan perbedaan Kristus dengan Gereja. kewenangan Kristus atas Gereja dan tindakan-Nya menebus Gereja (bdg. 2: 10).

Di dalam tulisan-tulisan Paulus hubungan orang Kristen dengan zaman baru dipandang sebagai peristiwa yang sudah lalu dan sebagai suatu harapan pada masa mendatang. Pada masa lalu. orang-orang Kristen disalibkan bersama dengan Kristus. dihangkitkan untuk hidup yang baru. dipindahkan ke; dalam kerajaan-Nya. dimuliakan dan didudukkan di samping-Nya di surga (Efesus 2:5-7: Kolose 1:13: 2:11-13: Roma 8:30). Sekalipun demikian. menjelang akhir hidupnya. Paulus mengungkapkan kerinduannya untuk "mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya. di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati" (Filipi 3: 10-11). Makna dari berbagai perspektif kronologis yang berbeda ini, dim hubungan mereka, sangatlah penting untuk memahami cara berpikir Paulus. Singkatnya, dapat dikemukakan bahwa konsep mengenai Tubuh Kristus merupakan petunjuk untuk memahami cara berpikir Paulus tersebut. Ketika Paulus berbicara tentang orang-orang Kristen yang sudah mati dan bangkit untuk hidup baru, dia berbicara tentang suatu realitas bersama yang dialami oleh Yesus secara pribadi pada tahun 30 M, tetapi sebagai perantara bagi orang Kristen secara bersama melalui Roh yang diam di dalam mereka. Setelah menyatu dengan tubuh Kristus dan ditetapkan untuk secara prihadi menjadi serupa dcngan Kristus, orang Kristen sekarang harus mewujudkan di dalam kehidupan pribadinya suatu kehidupan "di dalam Kristus," yang ke dalamnya dia sudah dibawa. Sementara diri di dalam kcfanaunnya akan "mengenakan yang tidak dapat mati" pada saat paro usia, kedatangan Tuhan kembali (I Korintus 15:51-54), diri di dalam perwujudan moral dan psikologisnya mulai mengaktualisasikan berbagai realitas zaman-baru di dalam kehidupan saat ini: "Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus … mengapakah kamu menaklukkan dirimu kepada rupa-rupa peraturan?" "Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas." "Kamu telah menanggalkan manusia lama ... dan telah mengenakan manusia baru" (2:20: 3: I, 9, 10).

Kompetensi Dasar 6. Mampu menganalisis muatan Teologis dan menerapkan dalam pelayanan kependidikan gereja

Menurut Wikipedia, muatan teologi kitab Kolose yakni sebagai berikut: Surat Paulus untuk jemaat Kolose menggambarkan secara keseluruhan pemahaman teologi untuk menolong pembacanya menemukan manusia yang asli dan kematangan spiritual yang seesuai dengan keinginan Tuhan untuk umat-Nya. Tuhan itu memberikan penghakiman yang adil dan bijaksana. Dia mengutus Anak-Nya untuk mencapai pendamaian. Yesus yang menangani dosa manusia dengan mati di kayu salib agar kehidupan yang diberikan kepada umat-Nya. Hidup umat yang benar yang diungkapkan melalui hidup yang benar. Hal ini ditunjukkan melalui ungkapan iman percaya mereka dan dengan dibaptis di dalam Yesus Kristus. Paulus di dalam suratnya ini pada intinya hendak menyuarakan pemahamannya akan beberapa tema teologi terbesar. Adanya makna yang ditujukan kepada gereja. Roh Kudus dan gereja terletak jejak-jejak yang dapat membantu pemahaman tentang bagaimana membawa pesan teks kuno ke dalam situasi sekarang ini. Paulus bermaksud agar suratnya dibaca di dalam gereja (4:16). Hal ini pula mengingatkan gereja bahwa gereja tidak dapat memahami surat-surat Paulus tersebut secara murni. Setiap orang Kristen yang dewasa bertanggung jawab terhadap iman percayanya. Tetapi kebenaran Kristen tetap menjadi milik bersama. Paulus menulis surat ini untuk memastikan jemaat di kolose adalah warga Kerajaan Allah. Tidak ada keraguan atas pernyataan ini menjadi bukti iman kepada Kristus. Manurut Paulus, gereja adalah tubuh Kristus dan memiliki tugas untuk bersaksi bagi dunia tentang Kerajaan Allah.

Kompetensi Dasar 7. Mampu mengidentifikasi ciri-ciri Khas Surat Kolose


Dalam www.sabda.org dikemukakan tiga ciri utama menandai surat ini.
1. Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan Kristus dan kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab lain dalam PB.
2. Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus (Kol.2:9) dan berisi salah satu bagian yang paling agung di PB mengenai kemuliaan-Nya (Kol. 1:15-23).

Kompetensi Dasar 8. Mampu mengidentifikasi orang-Orang Kunci dalam surat Kolose

Paulus, Timotius, Epafras, Tikhikus, Onesimus

Kompetensi Dasar 9. Mampu menjelaskan Latar Belakang Situasi

Beberapa ajaran sesat mengacaukan jemaat di Kolose. Seperti serigala yang masuk di tengah kawanan domba, pengajaran-pengajaran sesat masuk di tengah jemaat Kolose. Untuk itulah Epafras mengunjungi Paulus di penjara untuk menceritakan kondisi jemaat. Ajaran sesat yang berkembang disana merupakan “filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia,... tidak menurut Kristus.”(Col 1:21)
Beberapa poin tentang ajaran sesat yang masuk di jemaat Kolose:
• Ajaran yang berkaitan dengan makanan, minuman, hari raya, seremonial, upacara bulan baru dan tafsiran yang salah tentang hari Sabat, “jangan menyentuh ini, jangan memakan itu...”
• Berkenaan dengan mistis, penyembahan kepada malaikat, penglihatan-penglihatan, pengetahuan rahasia, tradisi dan hikmat manusia

Kompetensi Dasar 10. Mampu menilai ajaran Sesat di Kolose:
Pada abad kedua gereja berhadapan dengan munculnya sebuah gerakan dengan ajaran sesat yang dikenal dengan nama Gnostik. Gnostik dapat dikatakan bercampuran beragam ajaran dengan penyesuaian pandangan Yahudi, Kristen atau kelompok-kelompok kafir lainnya kebutuhan. Pokok yang khas dari gnostik adalah dualisme metafisika, makhluk-makhluk perantara, penebusan melalui pengetahuan atau gnosis. Semua agama, menurut ajaran gnostik merupakan manifestasi dari satu kebenaran yang tersembunyi yang berusaha untuk menuntun orang menuju pengetahuan mengenai kebenaran tersebut. Pengetahuan atau gnosis ini bukan pemahaman intelektual tetapi pencerahan yang diperoleh melului pengalaman mistik. Karena manusia terikat pada dunia materi yang jahat, maka manusia hanya dapat menghampiri Allah dengan bantuan berbagai makhluk seperti malaikat. Melalui bantuan kekuatan-kekuatan inilah seseorang dapat menafsirkan kitab-kitab suci secara alegoris dan mistis, dapat dicapai pencerahan rohani dan pembebasan dari dunia materi dan dosa dapat dipastikan.
Pengaruh gnostik seperti yang disebutkan di atas dapat diduga mulai mempengaruhi sejumlah Jemaat yang didirikan Paulus. Di Korintus, misalnya kerinduan akan hikmat spekulatif (I Korintus 1:7 dst.) dan pengabaian tubuh jasmaniah (tercermin dalam penyangkalan kebangkitan, dalam askese dan dalam kebebasan seksual: bdg. I Korintus 15:5, 7), menunjukkan pengaruh gnostik..
Ajaran sesat di Kolese menggabungkan unsur-unsur Yahudi dan Helenis, Ketaatan kepada peraturan-peraturan makanan dan hari Sabat. upacara penyunatan dan mungkin juga fungsi perantara dari para malaikat mengingatkan pada kebiasaan dan kepercayaan Yahudi (2: 11, 16, 18): penekanan pada "hikmat" dan "pengetahuan,"pleroma (peenuhan) dari kekuatan-kekuatan alam dan penilaian rendah terhadap tubuh jasmaniah mencerminkan pernikan Yunani (2:3. 8. 23). Beberapa orang Yahudi yang bertobat mungkin membawa campuran dari Yudaisme heterodoks dan mengembangkannva lebih jauh lagi sesudah mereka menjadi orang Kristen.

Kompetensi Dasar 11. Mampu membuat garis besar surat Kolose.

Usaha memahami isi atau garis besar surat Kolose akan monolong memahami teks yang menjadi focus bahasan. Teks yang menjadi bahasan dalam penelitian ini yakni Kolose 1:15-23. Tema apa yang disampaikan dalam bagian ini maka garis besar berikut ini akan membantu memahami pokok-pokok yang diteliti. Garis besar surat Kolose dalam paparan berikut ini diambil dari beberapa sumber dengan maksud perbandingan.
Berdasarkan informasi dalam garis surat kolose, dapat dikatakan bahwa sumber di atas menempatkan teks yaitu Kolose 1:15-23 dalam dua pokok penting yaitu: Kristus dan pekerjaan-Nya (1:15-20), dan teguran (1:21-23). Ini berarti teks yang menjadi pilihan penulis dalam penelitian ini terbagi dalam dua pokok yaitu Kristus dan pekerjaan-Nya serta teguran Paulus terhadap jemaat di Kolose.
Garis besar di atas bukanlah satu-satunya garis besar surat Kolose, masih ada banyak sumber yang memberi informasi penting sekitar garis besar surat Kolose. Mendampingi informasi garis besar suart Kolose dapat juga dilihat dalam informasi yang disampaikan

Kolose 1:15-23 dalam topic keutamaan Kristus dinyatakan, yaitu keutamaan Kristus yang dinyatakan dalam penciptaan (Kol. 1:15-17) dan dalam jemaat (Kol. 1:18-23). Sumber kedua menempatkan teks yang diteliti dalam topic keutamaan Kristus dinyatakan dengan dua sub topic yaitu keutamaan Kristus dinyatakan dalam penciptaan dan dalam jemaat. Jadi tidak ada pertentangan yang mencolok antara sumber pertama dan sumber kedua, perbedaannya pada istilah yang dipakai tetapi dengan maksud yang sama. Istilah keutamaan Kristus sama maknanya dengan Kristus dan pekerjaan-Nya, kemudian keutamaan Kristus yang dinyatakan dalam jemaat sama maknanya dengan teguran pada jemaat. Artinya kedua penulis di atas memakai istilah yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama.

Salam