Didaskalos di Masa Pandemi Covidvirus-19

Didaskalos di Masa Pandemi Covidvirus-19

Coronavirus (Covid-19) tidak asing lagi bagi setiap orang di seluruh dunia, di kalangan Kristen, khususnya para guru atau para didaskalos (bahasa Yunani) Kristen di satuan pendidikan seperti di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sejenisnya. Terhadap penyebaran Covid-19, para didaskalos (baca: para guru Agama Kristen) memiliki sikap yang berbeda terhadap Covid-19. Sikap yang saya maksudkan yaitu bersikap membentak Covid-19, dan bersikap tradionla dan modern dalam menghadapi Covid-19. Bersikap membentak yang saya maksudkan yaitu menghardik Covid-19. Kemana saja ia pergi selalu menghardik Covid-19. SIkap demikian tentu baik karena menunjukkan sikap rohani. Namun kadang sikap demikian terlampau berlebihan. Nama Yesus mesti digunakan pada secara bijaksana. Ya ada kuasa dalam Nama Yesus namun jangan juga menjadi kebiasaan menggunakan nama ini sehingga menghilangkan kesungguhan keyakinan atas ucapan menggunakan nama Tuhan kita Yesus Kristus untuk memarahi atau membentak Covid-19. Guru model menghardik atau membentak setan terlebih lagi membentak Covid-19 tentu ada. Saya juga pada tempat dan waktu yang tepat sering menggunakan nama Yesus untuk membentak setan tertentu. Akan tetapi Coronavirus (Covid-19, saya belum membentaknya dengan menggunakan nama Yesus. Silakan membentaknya tetapi kita mesti menggunakan nama Yesus dengan penuh hormat. Nama ini adalah nama yang berkuasa, nama yang kadang tidak disukai oleh orang-orang yang belum dipimpin Roh Kudus. Perhatikan saja pada waktu anda menggunakan nama ini dalam konteks tertentu, pasti ada yang mengkrut heningnya. Ini pertanda ia tidak ssuka dengan nama ini. Namun bila ia bertobat dan percaya pada-Nya maka pasti sangat suka dengan nama Yesus.

Selanjutnya untuk didaskalos yang tidak suka membentak setan-setan termasuk sakit penyakit, namun ia hanya berdoa saja dan meminta dalam nama Yesus agar sakit penyakit menjadi sembuh termasuk Covid-19 segera pergi dari dunia ini. Entah kapan Covid-19 berpulang ke tempat lain sehingga tidak mengganggu manusia.

Para didaskalos atau guru Kristen yang memiliki kebiasaan tidak menghardik Covid-19 tidak dapat dikelompokkan sebagai mereka yang kurang iman dan sebaliknya yang suka membentak Covid-19 dipatenkan menjadi orang yang memiliki tingkat rohani yang paling baik. Tentu tidak demikian. Memang benar bahwa dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Baru ada praktik mengusir setan atau membentak sesuatu yang membahayakan orang percaya seperti Yesus membentak angin dan ombak di danau Galilea. Angin tofan dan ombakpun menjadi hormat/taat pada bentakan Yesus.

Jadi, kalau mau membentak Covid-19 ya silakan saja, yang tidak membentak dan hanya bersikap berdoa saja agar Tuhan melinungi dari serangan virus Corona juga tentunya baik adanya. Selain itu tetap memperhatikan selalu mengukur suhu tubuh, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak social di tempat keramaian dan selalu menggunakan masker maka Corona Virus pasti tidak mampan menyerang kita. Upaya ini sebagai bagian dari menggunakan akal pikiran yang merupakan pemberian Tuhan. Melalui pikiran tersebut manusia meneliti dan menyimpulkan beberapa sikap yang dapat dipaiak untuk melawan Covid yaitu selalu cuci tangan sehabis menyentuh benda-benda tertentu di tempat umum, memakai masker dan menjaga jarak aman dengan orang lain.

Semoga bermanfaat

Salam

Yonas Muanley

  Metode Mengajar Perumpamaan Dalam Pendidikan Agama Kristen

Metode Mengajar Perumpamaan Dalam Pendidikan Agama Kristen

       Dunia Pendidikan Kristen sudah terbiasa dengan metode mengajar tertua yakni Ceramah. Selain itu ada pula metode mengajar tertua yang pernah Yesus gunakan dalam memberi pengajaran kepada orang-orang yang mengikuti-Nya. Metode yang dimaksud yaitu metode perumpamaan. Metode ini jarang dipakai dalam proses pembelajaran Agama Kristen di sekolah.

Menurut D. Guthrie (1994) dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, ia menyatakan bahwa perumpamaan berarti suatu cerita untuk menggambarkan kebenaran rohani atau moral. Perumpamaan berbeda dengan alegori (berbicara dengan samaran sesuatu yang lain) dimana setiap bagian kecilnya dianggap punya arti yang harus diuraikan. Biasanya ada satu pokok utama dalam sebuah perumpamaan walaupun sering di samping itu ada pokok-pokok kecilnya dan tidak disangkal bahwa Yesus mungkin kadang-kadang memakai unsur alegori, tapi tujuan utama perumpamaan adalah untuk membuat manusia menentukan sikap terhadap suatu keadaan, dengan jalan menyindir.

              Guru mesti menggunakan metode dalam memberi pengajaran. Tidak ada guru yang tanpa metode dalam melaksanakan pengajaran di kelas. Dalam hal ini setiap guru menggunakan metode mengajar peserta didik. Penggunaan metode ini sesuai tujuan yang hendak dicapai. Metode dan tujuan tidak dapat dipisahkan. Tujuan mempengaruhi penggunaan metode. Penggunaan metode yang cocok dengan tujuan akan memberikan efektivitas proses pembelajaran Pendidikan Kristen. Tujuan pengajaran adalah perubahan yang diharapkan terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut meliputi kecakapan kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk merumuskan tujuan yang baik maka diperlukan seorang guru yang memiliki kecakapan didaktik, khususnya dalam hal merumuskan tujuan pembelajaran. Perlunya guru dalam proses pembelajaran sebenarnya telah dinyatakan oleh ahli Pendidikan Agama Kristen, yaitu Robert R. Boehlke. Ia menyatakan: "Tanpa adanya guru Kristen seluruh kekristenan beresiko jatuh kedalam kebiadaban lagi. Untuk memberantas keburukan itu, Allah mengaruniakan jabatan guru kepada orang-orang yang rela menerima panggilan tersebut" (Robert R. Boehlke, 2005:418-4019).

Kembali pada pokok pembahasan tentang metode perumpamaan. Para guru Pendidikan Agama Kristen dapat menggunakan metode perumpamaan dalam mengajar peserta didik di sekolah. Perumpamaan itu melatih kecakapan berpikir dari peserta didik. Mereka dilatih berpikir akan perumpamaan yang diberikan dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pokok ini dapat dijadikan sebagai penelitian ilmiah untuk skripsi, tesis dan disertasi Pendidikan Agama Kristen. Misalnya variable yang dirumuskan seperti: Efektivitas Metode Perumpamaan Terhadap Perubahan Kognitif Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Selamat membaca dan meneliti.