1. Tipe Belajar Kogitif
Guru PAK sama dengan guru pada umumnya, ia mesti memiliki kecakapan mengenal tipe-tipe gaya belajar yang ada pada peserta didik. Gaya belajar ini tentu mempengaruhi hasil belajar Pendidikan Agama Kristen. Itulah sebabnya seorang guru mesti mengenal gaya belajar peserta didik yang diajarnya. Untuk mengetahui gaya belajar peserta didik, guru PAK dapat mempelajari teori teori yang dikemukakan oleh Witkin. Menurut Witkin, ada gaya belajar kognitif. Gaya kognitif ini kemudian dikembangkan lagi menjadi dua bagian gaya kognitif yaitu Field Dependent (FD) dan Field independent (FI). Selanjutnya lihat dalam jurnal ilmiah yang membahas teori ini.
Gaya belajar yang diebutkan di atas tentu dimiliki oleh beberapa peserta didik, sementara yang lain mungkin cocok dengan gaya belajar lain. Jadi, gaya belajar kognitif adalah suatu cara yang khas fungsinya sebagai kegiatan perseptual dan kegiatan intelektual seperti: kemampuan menginterprestasikan, mengklasifikasi, mengubah bentuk informasi intelektual.
Ciri khas tersebut menembus keseluruh tingkah laku baik dalam aspek kognitif maupun dalam aspek afektif. Dengan kata lain, peserta didik yang memiliki gaya belajar kognitif mempunyai karakteristik seperti:
a. Gaya kognitif merupakan dimensi yang dapat menembus ke seluruh tingkah laku baik dalam aspek kognitif maupun aspek afektif. Sifat dapat menembus dan gaya kognitif dapat di taksir dengan metode non verbal aspek perseptual.
b. Gaya kognitif stabil sepanjang waktu. Hal ini disebabkan karena gaya kognitif tersebut telah tertanarn dan gaya meengajar orang tua/masyarakat kepada anak sejak lahir. Gaya mengajar guru seharusnya bervariasi, menyesuaikan dengan gaya kognitif siswa hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya siswa yang di rugikan dalam proses pembelajaran.
Untuk menghadapi peserta didik yang memiliki gaya belajar kognitif, seorang pendidik/guru/dosen perlu menggunakan strategi belajar yang cocok untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kognitif. Salah satu strategi pembelajaran yang cocok untuk menolong peserta didik yaitu strategi kognitif.
2. Belajar sebagai perubahan Perilaku
Belajar adalah proses terbentuknya perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam diri peserta didik. Lalu apa itu belajar sebagai perubahan perilaku. Tentu kita berusaha mengartikan kata "peri dan laku". Kata Peri diartikan cara berbuat, atau kelakuan, atau perbuatan. Sedangkan kata laku diartikan perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. Berdasarkan pengertian ini. Belajar sebagai perubahan perilaku didefinisikan sebagai satu proses di mana seseorang/peserta didik mengalami perubahan perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Perubahan perilaku yang dimaksud di atas akan kita hubungkan dengan teori Skiner yang membedakan perilaku menjadi dua bagian, yaitu: Pertama, perilaku yang dialami (inmate behavior) yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa reflex-refleks dan insting-¬insting. Kedua, perilaku operan (operant beihavior) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Dalam konteks proses pembelajaran, perubahan perilaku pada peserta didik merupakan perilaku yang di bentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang di kendalikan oleh pusat kesadaran atau otak atau kognitif dari seorang peserta didik. Perilaku yang dimaksud disini adalah perilaku yang dapat diamati. Jadi, perubahan perilakua adalah keteratuaran tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan makluk hidup.Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi dan suatu organisme terhadap lingkungannya. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi.Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indara pendengaran, penciuman dan sebagainya.
3. Perilaku atau sikap (Afektif) Siswa
Sikap merupakan kecendrungan pola tingkah laku individu untuk berbuat sesuatu dengan cara tertantu terhadap orang, benda atau gagasan sikap dapat diartikan sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kencendrungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Menurut Robert R. Gaibe, Sikap merupakan kesiapan yang terorganisir yang mengarahkan atau mempergunakan tanggapan individu terhadap objek. Sedangkan menurut Berkowti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unforable) terhadap objek tersebut.
4. Hasil Belajar
Sebelum menjelaskan tentang hasil belajar lebih dulu dijelaskan tentang belajar. Belajar adalah proses perobahan (berobahnya) daya penerimaan, kemampuan, daya reaksi, pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, kecakapan dan ketrampilan, serta aspek-aspek lainnya padadiri seseorang individu (siswa). Belajar adalah suatu proses yang terarah pada tujuan tertentu. Jadi belajar merupakan proses yang aktif dan dinamis. Dalam keseluruhan kegiatan belajar, hasil belajar merupakan hal yang sangat menuntukan prestasi belajar siswa di sekolah. Hasil belajar di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor dari dalam (faktor internal) dan faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabarata yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis misalnya kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kemampuan kognitif Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan, dan faktor instrumental.
Untuk mengetahui basil belajar yang dicapai siswa di adakan penilaian (evaluasi).Penilaian dapat di adakan setiap saat selama kegiatan berlangsung, dapat juga diadakan setelah siswa menyelesaikan suatu program pembelajaran dalam waktu tertentu, misalnya setelah caturwulan atau semester.
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah. Pemahaman adalah kemampuan orang, untuk memahami setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Dengan kata lain memahami penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri. Pemahaman merupakan jenjang berpikir yang setingkat lebih tinggi dan ingatan atau hafalan. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor yang lain. Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian¬-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yangberstruktur atau berbentuk pola bare. Sedangkan penilaian, evaluasi adalah kemampuan jejang berpikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Bloom. Penilaian atau evaluasi di sini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide-ide misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka is mampu memilih satu pilihan yang ada.
Salam