Pendidikan Kristen bersumber dari Alkitab. Alkitab menjadi isi/konten Pendidikan Kristen sepanjang zaman. Dalam postingan ini saya memilih dari Mazmur 127 untuk dijadikan sebagai dasar Pendidikan Kristen.
Mazmur 127 mengandung dua bagian yang bersitegang secara tematis.
1. Pendidikan Kristen yang bergantung pada Kehendak dan Pertolongan TUHAN
Mazmur 1b-2. Bagian ini menyaksikan kehendak Allah tentang kebergantungan mutlak manusia atas kehendak dan pertolongan Tuhan. Tanpa Tuhan, tak ada upaya apa pun yang dapat berhasil dikerjakan serta diusahakan manusia. Prinsip ini dideklarasikan pemazmur dalam konteks berbagai hambatan eksteral dan internal berkait pembangunan ulang Bait Suci pasca kembalinya Yehuda dari pembungan atas ijin raja Koresy.
Pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Mazmur 127:1b-2 yaitu Pendidikan Kristen yang dilaksanakan dalam kebergantungan mutlak pada kehendak dan pertolongan Allah. Pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen yang membawa setiap peserta Pendidikan Kristen (Anak, orangtua, guru) dalam membangun ketergantungan kepada TUHAN. Pendidikan Kristen adalah Pendidikan yang Teosentris, Kristosentris dan Pneumasentris. Itu sebabnya tidak ada yang dapat menyombongkan diri dalam pelaksanaan Pendidikan Kristen. Seluruh insan dalam Pendidikan Kristen adalah insan yang bergantung pada TUHAN.
2.Pendidikan Kristen yang membangun unit-unit keluarga
Dalam Mazmur 127 kita mendapati sebuah prinsip teologis untuk Pendidikan Kristen yaitu Pendidikan Kristen didasarkan pada prinsip teologis alternatif yaitu bahwa Israel harus memberikan perhatian serta mengalokasikan energi mereka untuk membangun unit-unit keluarga. Dulu Bait Suci dianggap sebagai “milik pusaka TUHAN”, namun selain itu, anak-anak mereka juga merupakan “milik pusaka TUHAN”. Jika saat itu pembangunan ulang Bait Suci belum dikehendaki Tuhan untuk diteruskan, maka mereka tidak boleh mengabaikan pemeliharaan serta pembangunan unit-unit keluarga yang juga merupakan “milik pusaka TUHAN”.
Latar belakang untuk tafsiran di atas diperkuat oleh situasi historis yang tergambar dalam kitab Ezra dan Nehemia di mana pasca kembali dari pembuangan, Yehuda memang mengalami hambatan eksternal dan internal yang luar biasa sehingga pembangunan kembali Bait Suci itu terhenti sama sekali. Menariknya, tafsiran ini memberikan wawasan interpretif yang sangat masuk akal untuk menjelaskan sikap resistensif umat Israel tatkala nabi Hagai muncul 20 tahun kemudian untuk mengajak mereka membangun kembali Bait Suci. Mereka telah terbiasa hanya fokus pada pembangunan keluarga dan tidak lagi memperhitungkan pembangunan ulang Bait Suci sebagai agenda penting. Sikap ini dapat dilihat sebagai kesalahpahaman atas deklarasi teologis dari pemazmur dalam dua bagian Mazmur 127. Bukan hanya itu, tafsiran ini juga menolong kita untuk memahami kompisis ungkapan-ungkapan berkat dalam Mazmur 128. Rupanya, intonasi futuristik dalam ungkapan berkat mengenai melihat kebahagiaan Yerusalem dalam Mazmur 128:5 dilatarbelakangi oleh terhentinya pembangunan Bait Suci yang melatarbelakangi Mazmur 127.
Bait suci dalam bacaan Mazmur 127 merujuk pada bait suci secara historis yaitu pembangunan bait Allah di Yerusalem pada waktu itu. Namun dalam perkembangan selanjutnya kata “bait suci” juga dapat dikenakan pada tubuh manusia yang percaya kepada TUHAN. Setiap orang percaya adalah tubuh atau bait Allah. Didalamnya berdiam Roh Allah.
Jadi prnsip teologis yang diambil untuk Pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen yaitu Pendidikan Kristen bertujuan untuk membangun unit-unit keluarga menjadi keluarga yang memperhatikan dirinya sebagai bait Allah.
0 comments: