Para penafsir dalam kelompok ini di samping setuju bahwa Paulus mempresentasikan hidupnya untuk bersaksi mengenai kuasa injil yang mengubahnya (pandangan kedua di atas), namun mereka lebih menekankan mengenai dimensi lain dari potret diri Paulus dalam Galatia 1-2. Para penafsir ini berargumentasi bahwa Paulus mempresentasikan narasi autobiografisnya dalam bagian ini sebagai sebuah model atau teladan untuk diimitasi oleh jemaat di Galatia. Itulah sebabnya, Paulus mempresentasikan berbagai kualitas yang mesti diteladani oleh jemaat Galatia dari kehidupannya:
· Kesetiaan terhadap injil dan daya tahan menghadapi tekanan;
· Respons yang utuh terhadap injil dan komitmen terhadap klaim-klaim eksklusifnya;
· Tidak berpusat atau menetap dalam satu wilayah saja melainkan mengadakan ekspansi bagi injil;
· Berupaya menyenangkan Tuhan ketimbang menyenangkan manusia;
· Tidak lagi bergantung atas ketaatan legalistik terhadap Taurat tetapi kebebasan injil;
· Integritas personal dan sikap yang konsisten; dan
· Kehidupan yang merefleksikan karakter injil.
Beberapa penafsir dari kelompok ini melihat adanya paralel antara aspek-aspek tertentu dari pengalaman Paulus (tekanan-tekanan yang dihadapinya) dan situasi yang dihadapi oleh para pemimpin jemaat di Galatia. Mereka menganggap bahwa beberapa bagian dari narasi Paulus mestinya dilihat sebagai analogi-analogi deliberatif atau dramatisasi dari krisis yang terjadi di Galatia. Perlu dicatat bahwa pandangan ini menjadi semakin variatif dengan adanya upaya untuk membandingkan Galatia 1-2 dengan tulisan-tulisan autobiografi yang terdapat dalam lingkungan Greco-Roman (Mis P. Koptak, 1990)
Implikasinya bagi kehidupan Kristen masa kini. Pertama, Seorang pendidik Kristen, nara didik Kristen, warga Kristen perlu membangun kesetiaan terhadap Injil dan daya tahan menghadapi tekanan karena Injil Yesus Kristus. Kedua, Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan respons yang utuh terhadap injil dan komitmen terhadap klaim-klaim eksklusifnya. Ketiga, Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan keberadaannya tidak berpusat atau menetap dalam satu wilayah saja melainkan mengadakan ekspansi bagi injil. Keempat, Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan upaya menyenangkan Tuhan ketimbang menyenangkan manusia. Kelima, Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan sikap tidak lagi bergantung atas ketaatan legalistik terhadap Taurat tetapi kebebasan injil. Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan Integritas personal dan sikap yang konsisten; dan Seorang pendidik Kristen (Guru PAK, Dosen STT), nara didik/peserta didik/mahasiswa Kristen perlu menunjukkan kehidupan yang merefleksikan karakter injil.
Selamat meneladani kehidupan Paulus
Salam Yonas Muanley
0 comments: