Metode Mengajar Perumpamaan Dalam Pendidikan Agama Kristen

       Dunia Pendidikan Kristen sudah terbiasa dengan metode mengajar tertua yakni Ceramah. Selain itu ada pula metode mengajar tertua yang pernah Yesus gunakan dalam memberi pengajaran kepada orang-orang yang mengikuti-Nya. Metode yang dimaksud yaitu metode perumpamaan. Metode ini jarang dipakai dalam proses pembelajaran Agama Kristen di sekolah.

Menurut D. Guthrie (1994) dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini, ia menyatakan bahwa perumpamaan berarti suatu cerita untuk menggambarkan kebenaran rohani atau moral. Perumpamaan berbeda dengan alegori (berbicara dengan samaran sesuatu yang lain) dimana setiap bagian kecilnya dianggap punya arti yang harus diuraikan. Biasanya ada satu pokok utama dalam sebuah perumpamaan walaupun sering di samping itu ada pokok-pokok kecilnya dan tidak disangkal bahwa Yesus mungkin kadang-kadang memakai unsur alegori, tapi tujuan utama perumpamaan adalah untuk membuat manusia menentukan sikap terhadap suatu keadaan, dengan jalan menyindir.

              Guru mesti menggunakan metode dalam memberi pengajaran. Tidak ada guru yang tanpa metode dalam melaksanakan pengajaran di kelas. Dalam hal ini setiap guru menggunakan metode mengajar peserta didik. Penggunaan metode ini sesuai tujuan yang hendak dicapai. Metode dan tujuan tidak dapat dipisahkan. Tujuan mempengaruhi penggunaan metode. Penggunaan metode yang cocok dengan tujuan akan memberikan efektivitas proses pembelajaran Pendidikan Kristen. Tujuan pengajaran adalah perubahan yang diharapkan terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut meliputi kecakapan kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk merumuskan tujuan yang baik maka diperlukan seorang guru yang memiliki kecakapan didaktik, khususnya dalam hal merumuskan tujuan pembelajaran. Perlunya guru dalam proses pembelajaran sebenarnya telah dinyatakan oleh ahli Pendidikan Agama Kristen, yaitu Robert R. Boehlke. Ia menyatakan: "Tanpa adanya guru Kristen seluruh kekristenan beresiko jatuh kedalam kebiadaban lagi. Untuk memberantas keburukan itu, Allah mengaruniakan jabatan guru kepada orang-orang yang rela menerima panggilan tersebut" (Robert R. Boehlke, 2005:418-4019).

Kembali pada pokok pembahasan tentang metode perumpamaan. Para guru Pendidikan Agama Kristen dapat menggunakan metode perumpamaan dalam mengajar peserta didik di sekolah. Perumpamaan itu melatih kecakapan berpikir dari peserta didik. Mereka dilatih berpikir akan perumpamaan yang diberikan dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pokok ini dapat dijadikan sebagai penelitian ilmiah untuk skripsi, tesis dan disertasi Pendidikan Agama Kristen. Misalnya variable yang dirumuskan seperti: Efektivitas Metode Perumpamaan Terhadap Perubahan Kognitif Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Selamat membaca dan meneliti.
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 comments: