Pendidikan Agama Kristen Tentang Pendamaian

Pendamaian menunjukkan adanya suasana hubungan yang harmonis atau serasi antara dua atau lebih dari dua pihak. Perdamaian menunjukkan keadaan damai atau suasana yang menentramkan. Pemahaman seperti ini dapat dimaklumi karena secara umum, pendamaian berasal dari kata dasar damai. Damai adalah suasana di mana tidak terdapat permusuhan. Damai menunjuk pada hubungan yang serasi antara dua pihak atau lebih. Damai juga dapat menunjuk pada suasana tenang. Adanya suasana yang Indah dapat pula digambarkan sebagai keadaan yang damai. Menurut Yewango, di Indonesia, ada kata yang menunjukkan suasana tersebut, kata itu yakni “damai sejahtera”. Kata ini dipakai untuk menggambarkan suatu suasana yang sungguh-sungguh aman dan tentram.

Selain kata Indonesia di atas, ada pula kata Inggris yang menggambarkan pendamaian. Kata yang dimaksud yaitu “peace”. Kata ini memiliki pengertian: bebas dari atau berhenti dari peperangan, bebas dari ketidak teraturan sipil, ketenangan dan kesentosaan. Jadi, berdasarkan uraian ini, damai memiliki pengertian: kesentosaan di antara sesame (hubungan social yang harmonis), kesentosaan alam (hubungan manusia dengan alam), kesentosaan batiniah/kesejahteraan batin manusia

Dengan kata lain damai adalah suatu suasana, sedangkan pendamaian adalah suatu proses yang sedang berlangsung menuju suasana damai. Apabila ada dua pihak yang bermusuhan dan ada usaha untuk melupakan permusuhan maka hal ini disebut proses pendamaian.
Pengertian pendamaian dalam paparan di atas bersifat umum, jika demikian apa pengertian pendamaian menurut Alkitab dan hal apa yang melatarbelakangi akan kebutuhan pendamaian? Dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru terdapat kesaksian tentang adanya permusuhan antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesamanya. Dalam kitab Kejadian disaksikan bahwa manusia berbuat dosa (bermusuhan) dengan Allah.

Dalam konteks iman Kristen, keadaan harmonis antara manusia dengan Allah, sesame dan lingkungan dapat diperhatikan dalam narasi Kejadian 1 dan 2. Dalam narasi ini, penulis kitab Kejadian memaparkan bahwa manusia berada dalam keadaan ketaatan pada Allah, manusia diberi kuasa mengusahakan dan memelihara lingkungan, tidak ada pelanggaran antara manusia dan sesamanya. Akan tetapi dalam narasi Kejadian 3, dipaparkan bahwa manusia kurang harmonis lagi dengan Allah (bersembunyi), alama terkutuk karena kesalahan manusia, manusia mulai membunuh sesamanya (pembunuhan Habel oleh kain). Pelanggaran demi pelanggaran terjadi, menara Babel dan peristiwa lainnya menunjukkan bahwa manusia berada dalam suasana kurang harmonis, permusuhan. Kekurangan harmonisan ini disebabkan karena manusia telah berdosa.
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 comments: