Refisi artikel 6 Agustus 2019
Keteladanan Ayah dalam Pengambil Keputusan yang Berwibawa, Disiplin, dan Semangat
Pengambil keputusan. Pada dasarnya aktivitas manusia dalam keseluruhan hidupnya merupakan rangkaian pengambilan keputusan yang berkesinambungan. Untuk menjalankan dan mencapai keberhasilan kehidupannya, manusia senantiasa harus mengambil keputusan sejak bayi, anak-anak, remaja, dewasa, sampai masa usia lanjut. Keputusan-keputusan yang harus dibuat senantiasa terus ada sepanjang hidup, mulai dari keputusan yang sangat sederhana misalnya memutuskan mandi atau makan lebih dahulu. Keputusan dapat menyangkut berbagai hal sekaligus berdampak terhadap banyak hal.
Kesejahteraan hidup dalam keluarga banyak bergantung pada keputusan-keputusan yang dibuat. Keberhasilan maupun kegagalan seseorang berasal dari sebuah keputusan. Bagaimana mengambil keputusan yang tepat? Pengambilan keputusan dalam keluarga seyogjanya melibatkan seluruh anggota keluarga, mulai dari menyadari masalah, menganalisis berbagai alternatif, dan mengambil keputusan serta melaksanakannya; semua anggota keluarga hendaknya menyadari posisi masing-masing dalam keluarga. Sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, ayah adalah pemegang keputusan utama, namun keputusan seorang ayah tetaplah harus berasal dari kesepakatan anggota keluarga lainnya.
Kewibawaan. Kewibawaan merupakan salah satu unsur kepribadian pada diri seseorang baik sebagai pribadi maupun sebagai pemegang otoritas tertentu. Secara umum kewibawaan dapat diartikan “daya pribadi” seseorang yang membuat pihak lain menjadi tertarik, bersikap mempercayai, menghormati, dan menghargai secara intrinsic (sadar, ikhlas). Kewibawaan seorang ayah banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik formal maupun informal, baik dari dalam maupun dari luar, baik yang bersifat material maupun non-material, baik yang tampak maupun tidak nampak. Secara umum, kewibawaan seorang ayah baik di dalam maupun di luar rumah ditentukan sekurang-kurangnya oleh beberapa unsur, antara lain: memiliki keunggulan, memiliki rasa percaya diri, ketepatan dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya, mampu menjadi teladan seluruh anggota keluarga.
Disiplin. Disiplin pada hakikatnya merupakan salah satu unsur penting dalam keseluruhan perilaku dan kehidupan baik secara individual maupun kelompok. Disiplin yang baik membuat seorang anak dalam kehidupan yang harmonis dengan lingkungan terkecil maupun lingkungan yang lebih besar. Disiplin yang baik juga menciptakan kualitas kehidupan yang lebih baik.
Disiplin mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai masalah psikologis dalam keluarga. Oleh karenanya, upaya menegakkan disiplin pada hakikatnya berpangkal pada pengembangan psikologis individu yang semuanya berawal dari dalam keluarga. Disiplin sering dikaitkan dengan “hukuman”, dalam arti disiplin diperlukan untuk menghindari terjadinya hukuman karena sebuah pelanggaran. Hukuman dapat diberikan sebagai alat pendidikan. Secara psikologis, hukuman dapat dipandang sebagai sumber motivasi dalam keseluruhan perilaku manusia. Dengan menyadari adanya hukuman, individu cenderung untuk termotivasi melakukan tindakan yang benar. Dari sudut pandang positif, disiplin merupakan suatu proses pendidikan agar individu mampu mengembangkan kendali perilakunya sendiri secara sadar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Yang sering menjadi masalah adalah disiplin yang dimaksudkan sebagai “sumber motivasi dan alat pendidikan”, dalam kenyataannya seringkali tidak efektif atau tidak memberikan hasil yang tepat. Dalam menjalankan disiplin diperlukan kerjasama yang tepat antara pemberi disiplin, penerima disiplin, dan lingkungan. Pendisiplinan hendaknya jangan sampai melukai hati anak-anak: “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya” (Kol. 3:21).
Semangat Juang. Semangat juang pada dasarnya merupakan suatu kualitas pribadi yang berupa kekuatan motivasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam semangat juang ini orang akan selalu tetap berusaha untuk mencapai tujuan dengan menggunakan berbagai cara. Pribadi yang memiliki semangat juang yang tinggi, akan ditandai dengan beberapa karakteristik, antara lain: (1) memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, memiliki prinsip hidup yang konsekwen dan konsisten; (2) memiliki ketahanan dalam menghadapi rintangan sekaligus menyelesaikannya; (3) mampu bekerja sama dengan orang lain. Semangat juang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi, bekerja, bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam kehidupan beragama.
Salam
Keteladanan Ayah
4:59 AM
Tags:
Keteladanan Ayah
0 comments: