Beberapa Bentuk Keteladanan Ibu dalam Keluarga

Dinamika Pendidikan AGama Kristen atau Pendidikan Kristen mempersembhakna sebuah artikel tentang keteladanan ibu dalam keluarga. Keberadaan kaum wanita mempunyai makna yang amat penting dalam seluruh kehidupan manusia. Wanita yang baik merupakan unsur utama yang memberikan warna dan nuansa keserasian, keindahan, dan dinamika kehidupan; sebaliknya kehidupan akan hancur di tangan wanita yang tidak baik.
Dalam pengertian yang khusus “ibu” adalah sebutan atau panggilan dari seorang anak terhadap sosok seorang wanita yang telah mengandung dan melahirkannya. Secara lebih luas “ibu” mempunyai makna sebagai seorang wanita yang mempunyai tugas, peran, dan tanggung jawab untuk mewujudkan fungsi-fungsi keibuan seperti merawat, mengasuh, dan mendidik dalam mengembangkan kepribadian, baik yang berlangsung di keluarga maupun di luar keluarga.
Keluarga sebagai satuan terkecil lembaga kehidupan sosial manusia, sangat ditentukan oleh citra wanita yang ada di dalamnya terutama wanita sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya. Demikian pula dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dalam perkembangan zaman yang penuh tantangan disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pergeseran nilai-nilai positif, peran serta ibu diharapkan semakin nyata untuk memberikan warna dan nuansa positif bagi keluarganya.
Keberadaan ibu dalam berbagai aspek kehidupan merupakan perwujudan dari berbagai peran ganda yang disandangnya yaitu sebagai pribadi, sebagai unsur keluarga (anak, istri, ibu, nenek), sebagai anggota masyarakat/negara, sebagai pekerja. Peran-peran ganda ini harus diwujudkan oleh ibu sesuai dengan tuntutannya tanpa harus meninggalkan kodratnya sebagai wanita. Peran-peran itu akan diwujudkan melalui berbagai penampilan perilaku dalam bentuk ucapan, pikiran, dan tindakan. Adalah sangat diharapkan agar penampilannya itu mencerminkan citra ibu yang sebaik-baiknya.
Dalam kehidupan keluarga, seorang ibu yang kurang mampu menampilkan citra yang baik akan berpengaruh pada pola-pola pendidikan anak-anaknya. Dan pada gilirannya anak tidak mendapatkan pendidikan yang memadai yang diperlukan untuk pembentukan kepribadiannya, demikian juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya.


a. Keteladanan Ibu dalam Merawat, Mendidik, dan Mendoakan Keluarga

Merawat keluarga dan anak Amsal 31. Dalam pasal ini digambarkan bagaimana seorang ibu harus mengurus rumah tangga dalam hal merawat, mendidik, dan mendoakan keluarga. Ibrani 11 menceritakan tentang para tokoh iman, namun mengapa cerita tentang Musa lebih banyak dibandingkan tokoh yang lain? “...karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun...(Ibr. 11:24)”. Bagaimana Musa memiliki iman sehebat itu sehingga meninggalkan Mesir?. Musa hidup mewah dan banyak menyerap ilmu-ilmu orang Mesir. Alkitab mengatakan bahwa dia hanya diasuh selama tiga bulan pertama dan kemudian dihanyutkan. Demikian pula Samuel, mengapa memiliki iman kepada Tuhan sementara dalam masa pertumbuhannya, Samuel mempunyai dua kakak angkat (anak-anak imam Eli) yang jahat? Tuhan menunjukkan melalui Alkitab bahwa mereka disusui/diberi “asi” oleh ibu mereka. Ada apa dengan “asi”? Kebiasaan para ibu saat menyusui anaknya, sering mennyanyikan myanyian yang mengandung pengharapan bagi anaknya. Tanpa disadari, ada doa sekaligus memori yang ditanamkan oleh ibu kepada anak-anaknya berupa harapan agar kelak menjadi anak baik; seorang ibu dapat menanamkan kebenaran dan pendidikan sedini mungkin lewat cara menyusui anaknya.
Sebagai unsur keluarga, seluruh sisi kehidupan ibu tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan kehidupan keluarga. Tanpa kehadiran ibu, suatu keluarga akan kehilangan makna dan dinamikanya; seorang ibu harus mampu berperan sebagai sumber kehidupan untuk memberikan motivasi baik bagi suami, anak-anak, atau anggota keluarga lainnya melalui perilaku ibu dalam keluarga misalnya bagaimana seorang ibu harus berpikir, bersikap, berkreasi, dan sebagainya. Meskipun bukan kewajiban utama, seorang ibu dapat berperan sebagai pekerja untuk mencari nafkah demi menunjang kehidupan ekonomi keluarga, namun rasa keibuan/kodratnya akan tetap melekat.
Setiap manusia dilahirkan dari kandungan ibunya yang kemudian mendapat perawatan dan pengasuhan untuk perkembangan selanjutnya. Hal ini mempunyai makna bahwa “ibu” mempunyai andil yang paling fundamental dalam pembentukan kepribadian seseorang, oleh karenaya ibu dibutuhkan oleh setiap orang. Setiap anak mengidamkan ibu yang ideal sebagai sumber keteladanan, penuh kasih sayang, penyabar, memberikan apa yang dibutuhkan anak terutama kebutuhan sentuhan emosional.
Dari sudut pandang suami, ibu yang baik adalah istri yang dapat menjadi mitra dalam mengasuh, merawat, memperlengkapi, mendidik, baik pendidikan rohani maupun pendidikan jasmani dalam keluarga. Seorang ibu dapat mewujudkan tugas keibuannya dengan optimal apabila didukung oleh pihak lain termasuk suami, anak, orangtua, pemerintah, dan masyarakat.
Mendidik/membina anak. Berbicara mengenai pembinaan anak adalah berbicara mengenai pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu upaya sadar dalam mengembangkan kepribadian bagi peranannya di masa yang akan datang. Siapakah yang bertanggung jawab bagi pendidikan anak? GBHN dan UU No. 2/89 menetapkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah, dan masyarakat. Di antara ketiga pihak yang bertanggung jawab sebagaimana dikemukakan di atas, keluarga merupakan penanggung jawab pertama dan utama. Disebut pertama karena anak datang dari keluarga dan akan kembali ke dalam keluarga. Kondisi dan kualitas kehidupan seseorang di masa yang akan datang sangat bergantung pada sejauh mana keluarga menanamkan investasinya melalui pendidikan anak-anaknya.
Pendidikan yang paling awal dilakukan dalam keluarga sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Orangtua secara genetik dan alamiah jelas sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya. Pada umumnya ibu lebih memiliki kesempatan untuk mendidik anak-anaknya dibandingkan dengan ayah karena lebih banyak berada di dalam rumah. Beberapa contoh pendidikan/pembinaan yang ibu dapat lakukan misalnya: 1) Mendidik anak dalam bidang kerohanian sebagai landasan bagi pembentukan kualitas manusia secara utuh; 2) Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak dengan kasih sayang yang tulus; 3) Menciptakan situasi kondusif sekaligus memotivasi anak bagi berlangsungnya pendidikan secara efektif; 4) Membentuk anak agar terbiasa mewujudkan perilaku-perilaku yang baik; 5) Menciptakan komunikasi yang efektif.
Mendoakan keluarga dan anak. Rasul Paulus memuji keluarga Timotius dengan berkata, “Aku melihat iman yang kamu warisi dari ibumu dan iman itu diwarisi ibumu dari nenekmu” (2 Tim. 1:15). Timotius mencontoh teladan iman ibunya dan neneknya.
Dalam Matius 18:19-20 dinyatakan “...Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”. Berdasarkan firman Tuhan ini dapat dikatakan bahwa seorang ibu dan ayah yang sepakat mendoakan kebaikan bagi anaknya pasti Tuhan mengabulkan doanya. Dalam keluarga, pengertian dua orang di sini dapat juga dihubungkan pada suami-istri; namun karena ibu umumnya lebih banyak berada di rumah maka perikop ini dapat pula ditujukan bagi ibu agar sesering mungkin mengajak anak-anaknya untuk berdoa bersama bagi keluarganya.
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 comments: